Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Meneropong "Orkestra Borobudur" pada Masa Lampau

11 Mei 2021   20:15 Diperbarui: 11 Mei 2021   20:24 1677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Representasi alat-alat musik di relief Candi Borobudur |screenshot www.youtube.com/watch?v=1c9aCENDesI.

Selanjutnya karena musik dianggap indah dan berharga, kemungkinan pula masyarakat Nusantara pada masa lampau telah menyadari manfaat kegiatan bermusik dalam mendukung kepentingan diplomasi, politik, dan ekonomi.

Dari semua hal itulah eksistensi musik pada masa lampau mulai berakar. Kecerdasan masyarakat zaman dulu dalam memahat, membuat perkakas, merancang bangunan akhirnya semakin lengkap dengan kecerdasaan bermusik.

Borobudur Pusat Musik Dunia

Sayangnya belum banyak catatan sejarah terungkap yang merinci bagaimana masyarakat Nusantara mengenal dan mengembangkan kesenian bermusik. Juga belum terang dijelaskan bagaimana lintasan perkembangan musik Nusantara dan korelasinya dengan musik Indonesia saat ini. Katakanlah, adakah benang merah antara dangdut yang merupakan musik asli Indonesia dengan kreasi musik masyarakat Nusantara pada masa lampau?

Memang ada catatan-catatan kuno, seperti Sastra Jawa Kuno, serta catatan China dan India kuno yang menyinggung tentang kesenian di Nusantara. Akan tetapi informasinya kurang mendalam. Sedangkan kebanyakan prasasti yang ditemukan di Indonesia lebih menonjolkan sosok raja dan pemimpin beserta prestasinya atau tentang wilayah di mana prasasti itu dibuat.

Untungnya sejarah tidak seluruhnya kabur. Pada relief Candi Borobudur, terutama relief Karmawibhangga, Lalitavistara, Wadariajataka, dan Gandawyuha terpahat rupa alat-alat musik yang mirip dengan alat-alat musik masa kini. Di antaranya ialah suling, simbal, lute, cangka, saron, tifa, dan kendang. Tak kurang 226 relief pada Candi Borobudur yang mengabadikan alat musik dan kegiatan bermusik. Termasuk 45 relief ansambel, yakni gambaran sekelompok orang yang memainkan alat musik secara bersama-sama.

Representasi alat musik Saung Gauk dari Myanmar |screenshot www.youtube.com/watch?v=0BFIV5yLQS8
Representasi alat musik Saung Gauk dari Myanmar |screenshot www.youtube.com/watch?v=0BFIV5yLQS8
Menariknya, sejumlah alat musik pada relief Candi Borobudur memiliki kemiripan dengan alat-alat musik yang eksis dimainkan pada masa kini. Lebih mencengangkan lagi banyak alat musik itu menyerupai alat musik dari negara-negara lain. Di antaranya ialah Ranat Ek (Thailand), Balafon (Gabon), Marimba (Tanzania), Udu (Nigeria), Ghatum (India), Bo (China), Darbuka (Mesir), Muzafu (Tamil), Bowed String (Italia), Biwa (Jepang), Oud (Arab Saudi), Dombra (Kazakstan), Kora (Gambia), Saung Gauk (Myanmar), Ekidongo (Uganda), dan Daegum (Korea).

Fakta tersebut sangat luar biasa. Mengingat usia Borobudur yang berasal dari abad ke-8 dan konteks masyarakat pada saat itu, wajar jika muncul dugaan Borobudur Pusat Musik Dunia.

Orkestra Borobudur dan Borobudur Idol

Sangat penting untuk menggali lebih dalam makna dari banyaknya alat musik dan kegiatan bermusik yang terpahat pada relief Borobudur. Mungkinkah pada masa itu Nusantara telah tersohor sebagai bangsa yang besar dengan Borobudur sebagai ibukota kesenian?

Di Nusantara mungkin pernah berdiri semacam padepokan seni dan musik dengan Borobudur sebagai pusatnya. Gema "Sound of Borobudur" menarik sejumlah pemusik dari berbagai penjuru untuk datang. Sejumlah bangsa pun mungkin mengirimkan delegasi kesenian guna belajar musik sekaligus menjalin persahabatan dengan Nusantara melalui Borobudur.

Para wakil dari berbagai bangsa itu berinteraksi. Mereka saling belajar dan bertukar keterampilan seputar musik. Dengan sendirinya terjadi pengayaan musik. Maka kita bisa memperkirakan mengapa dangdut yang diyakini sebagai musik asli Indonesia memiliki warna musik India, Arab, dan Melayu. Itu akibat dari interaksi antara unsur musik Nusantara dengan musik dari bangsa lain yang prosesnya sudah dimulai sejak berabad-abad silam.

Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia juga mendorong orang-orang yang datang untuk saling memeragakan keahlian bermusik mereka. Orang dari banyak bangsa memainkan alat musik kebanggaan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun