Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tempat Wudhu Itu Tidak Kumuh Lagi

10 Mei 2021   20:03 Diperbarui: 10 Mei 2021   20:11 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat wudhu |dok. pribadi.

Sudah lama orang-orang kampung Galuh mengharapkan mushola di kampungnya diperbaiki. Tidak seluruh bangunannya. Sebab pada dasarnya mushola mereka masih kokoh berdiri. Catnya selalu dioles ulang setiap tahun. Lantainya sudah keramik. Bahkan, teras luarnya sudah diberi atap peneduh. Tidak seperti dulu yang dibiarkan menganga terkena sinar matahari sepanjang hari.

Namun, warga merasa pengurus mushola lalai memperhatikan tempat wudhunya. Saat mushola memasang tiga kipas angin baru di dalam ruangan salat, tempat wudhu di sisi selatan mushola justru dibiarkan kumuh.

Padahal, itu tempat yang sangat penting. Sebab sebelum salat orang harus bersuci lebih dulu. Warga menganggap tak ada gunanya menambah kipas angin baru kalau tempat wudhunya lembab, bau, dan berlumut. Warga juga tak habis pikir saat pengurus mushola lebih memprioritaskan membeli toa baru sehingga toa mushola kini berjumlah dua.

"Salat itu yang penting wudhunya dulu, kok malah toanya yang ditambah", ujar Badrun suatu hari.

Badrun yang rumahnya hanya berjarak 30 meter dari mushola memang pantas mengeluh. Kurang lebih dua bulan lalu neneknya terpeleset di tempat wudhu mushola saat hendak salat ashar. Badrun ikut menemani nenek saat itu. Namun, ia sudah wudhu dari rumah sehingga setibanya di mushola ia langsung masuk ke dalam. Sedangkan sang nenek memilih bersuci di mushola.

Tak lama kemudian tiba-tiba, "Braak!". Terdengar suara keras dari luar disusul rintihan suara nenek Badrun.

Seketika Badrun dan beberapa orang berlari keluar mushola. Mereka menuju tempat wudhu dan menemukan sang nenek sudah terjatuh. Badrun langsung membopong sang nenek ke teras mushola. Bersyukur tidak terjadi sesuatu yang mengerikan meski sang nenek mengeluh kesakitan.

Sejak peristiwa itu Badrun berulang kali mengusulkan kepada pengurus mushola untuk membenahi tempat bersucinya. Badrun yakin bahwa neneknya jatuh karena tempat wudhu itu terlalu licin. Lantai semennya terlalu lembab karena jarang dibersihkan. Selain itu undak-undakan yang menjadi pijakan kaki menuju tempat wudhu juga terlalu miring.

Bukan itu saja yang dikeluhkan Badrun dan sejumlah warga. Atap seng di atas tempat wudhu juga tidak sepenuhnya menaungi. Akibatnya saat hujan air langsung mengguyur beberapa bagian tempat wudhu. Semakin repot jadinya warga yang hendak bersuci.

Selain nenek Badrun, korban lainnya yang pernah jatuh dan terpeleset di tempat wudhu itu ialah anak Pak Beni. Kejadiannya saat menjelang maghrib. Si anak kemungkinan tak tak tepat pijakan kakinya saat turun ke tempat wudhu. Bukan salah si anak sepenuhnya karena lampu di tempat wudhu memang tidak terlalu terang. Kontras sekali dengan ruangan salatnya yang benderang.

Masih untung si anak tidak terluka parah. Hanya siku lengannya yang lecet. Tapi gara-gara itu ia ngambek tak mau salat lagi di mushola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun