Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bunyi "Kriiing" Sepeda Cerminan Adab Pengayuhnya

24 Maret 2021   08:20 Diperbarui: 24 Maret 2021   10:07 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bel sepeda saya | dokumentasi pribadi.

Sepeda saya pada gagang kirinya terpasang bel yang sudah mulai berkarat. Bel itu tergolong jenis yang jadul, berbahan logam dan lumayan besar ukurannya. Saya peroleh sebagai warisan dari sepeda kumbang tua milik almarhum kakek di Klaten. Beberapa tahun lalu saat beliau masih ada, saya meminta bel itu.

Saya akui bel ini kurang selaras terpasang di Polyg*** saya. Bentuknya yang kuno agak kurang menarik. Apalagi jika disandingkan dengan speedometer digital di gagang kanan.

Walau demikian saya tak ambil pusing. Meski pernah melepasnya untuk diganti dengan bel lain yang lebih kekinian dan kecil ukurannya, akhirnya bel jadul itu terpasang kembali dan tak terlepas hingga sekarang.

Ialah bunyinya yang membuat saya senang. Bunyi "kriiing" akan terdengar jika tuas pemantiknya ditekan atau ditarik dengan jempol tangan. 

Sebenarnya pemantik ini sudah agak mengeras sehingga butuh tenaga lebih untuk membunyikannya. Oleh karenanya saya perlu sering memberikan minyak atau oli agar tuasnya lebih mudah difungsikan.

Selain mengingatkan saya pada almarhum kakek, bel jadul ini juga membuat hati saya lebih riang setiap kali bersepeda. Sebab bunyi "kriiing" nya serupa dengan bunyi bel sepeda masa kecil saya dulu.

Rasanya riang mendengar "kriiing" yang nyaring itu. Bunyi itu membuat saya tak kesepian di jalanan. Sebab seringkali bunyinya mengundang pesepeda lain untuk membalasnya. Mereka menoleh dan mengangguk ke arah saya. Akhirnya kami saling sapa walau tak saling kenal.

Begitulah fungsi bel sepeda yang sebenarnya. Tak sekadar untuk memberi peringatan pada pengguna jalan lainnya bahwa kita hendak meminta jalan, tapi lebih sebagai pengingat bahwa setiap pengayuh sepeda pada dasarnya adalah bagian dari satu sama lain. Sama-sama pengguna jalan. Oleh karenanya perlu saling menoleh dan menghargai.

Bagi saya bunyi bel sepeda, entah yang "kriiing", "teeeet", dan lain sebagainya, merupakan salam. Sedangkan salam dalam agama saya termasuk adab yang paling mulia.

Memberi atau mengucap salam berarti mendoakan keselamatan dan keberkahan bagi sesama. Demikian pula membalas salam artinya mendoakan keselamatan dan keberkahan yang sama bagi orang yang mengucapkan salam lebih dulu.

Salam merupakan wujud kerendahan hati. Orang yang mengucapkan salam menandakan dirinya mengakui keberadaan orang lain. Sementara yang membalas salam berarti menghargai salam yang diterimanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun