Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Setahun Evakuasi WNI dari Wuhan, Menyesal Pulang ke Indonesia?

5 Februari 2021   08:22 Diperbarui: 5 Februari 2021   08:43 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WNI yang dievakuasi dari Wuhan mendarat di Indonesia pada Minggu, 2 Februari 2020 (dok. Kemenlu RI).

Ungkapan kegembiraan dan rasa lega terpancar dari para WNI tersebut. Mereka telah keluar dari pusat pandemi meski tidak mudah. Terbang menuju tanah air, menjalani karantina di tempat terpencil dan akhirnya kembali ke rumah masing-masing.

Untuk beberapa hari semuanya tampak melegakan. Indonesia diyakini lebih kebal terhadap Corona dibanding tempat manapun, termasuk Wuhan. Sampai sebulan kemudian datang sebuah berita yang membawa kecemasan.

Senin, 2 Maret 2020, tepat sebulan setelah evakuasi dari Wuhan, Presiden Jokowi dan Menteri Kesehatan muncul bersama di layar TV. Sambil duduk di sofa, keduanya mengabarkan bahwa Corona telah masuk ke Indonesia. Dua orang pasien pertama yang berasal dari Depok, Jawa Barat, terjangkit Covid-19 dan dirawat di RS Sulianto Saroso.

Itulah hari dimulainya perang melawan pandemi Covid-19 di Indonesia. Perang yang kini sudah berlangsung nyaris satu tahun lamanya. Perang melelahkan yang tanpa jeda. Juga tanpa tanda-tanda kapan pandemi akan menyingkir dari negeri ini.

Sementara Wuhan yang dulu dicekam pandemi dan Tiongkok yang sempat dibuat kewalahan, belajar dengan baik dan cepat. Bersakit-sakit dahulu, menang kemudian. Begitulah resep Wuhan dan Tiongkok secara umum.

Hasilnya, pada pertengahan 2020 kondisi pandemi di Wuhan mulai terkendali. Walau Corona tetap mengancam, tapi catatan keberhasilan melawan pandemi ditorehkan di sana.

Gelombang kedua memang sempat menyerang saat Corona "pulang kampung" ke Wuhan. Akan tetapi pelajaran yang dipetik dari ledakan pertama telah diubah menjadi senjata yang memampukan Tiongkok menghindari terilangnya situasi terburuk di Wuhan.

Hingga pada akhir tahun 2020, kehidupan di Wuhan sepenuhnya dinyatakan normal kembali. Gambaran mencekam terhapus dari pemandangan Wuhan. Meski pembatasan masih diberlakukan, tapi Wuhan memberikan contoh baik bagaimana semestinya perang melawan pandemi dilakukan dengan gerak cepat, sigap, dan ulet.

Ironisnya, Wuhan dan Indonesia seolah menempuh jalan yang sama sekali berbeda. Bersantai-santai dahulu, sakit kemudian. Begitulah barangkali jalannya perang melawan pandemi di Indonesia.

Tiga bulan pertama ketika banyak negara menjadikannya sebagai masa untuk belajar cepat dan mengaktifkan alarm kewaspadaan tingkat tinggi, Indonesia justru belum melihat Corona sebagai ancaman.

Hingga kemudian pada pertengahan 2020, ketika sejumlah negara berhasil mendapatkan puncak pandemi, Indonesia justru tak mampu memprediksi kapan puncak itu terjadi. Ketika Wuhan mulai mendapatkan kembali kehidupannya, Indonesia justru kehilangan banyak korban jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun