Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lebaran yang Lebih Terang di Kampung Kemuning

23 Mei 2020   21:04 Diperbarui: 23 Mei 2020   21:10 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjelang lebaran (dok. pri).

Hilal telah tampak. Kabar itu merambat cepat di Kampung Kemuning. Bermula dari kantor lurah. Lalu seseorang yang keluar dari kantor itu membawa kabar dan meneruskannya lewat mulut ke mulut sampai akhirnya didengar oleh orang sekampung. 

"Hilal telah tampak! hilal telah tampak! hilal telah tampak!", begitu kata orang-orang. Maka dalam sekejap kampung menggeliat penuh gairah. Orang-orang meninggalkan rumah. Berjalan cepat menuju kantor lurah.

Di sana ada sebuah TV hitam putih yang akan menyiarkan pengumuman resmi dari departemen agama tentang waktu lebaran. Tapi beberapa waktu sebelumnya telah tersiar informasi hilal sudah tampak. Hampir dipastikan lebaran akan dirayakan esok hari.

Hanya di kantor lurah orang-orang Kemuning bisa melihat TV. Listrik baru masuk ke kampung sejak enam bulan lalu.

Kemuning sendiri merupakan kampung yang tertinggal. Rumah-rumah penduduknya rata-rata masih berdinding papan dan gedheg. Hanya beberapa orang yang mampu melapisi rumahnya dengan tembok dan lantai semen. Itu pun sudah maksimal. Untuk hal lain, seperti membeli TV mereka harus mengalah dengan kepentingan yang lebih besar, yakni kepentingan perut. Kehidupan mereka tak memungkinkan untuk mendapatkan "kemewahan" lebih banyak lagi.

Meskipun demikian, sejak listrik masuk ke kampung kebahagiaan orang-orang Kemuning seolah mendekati paripurna. Listrik memberi kampung mereka cahaya.

Tiang-tiang langsing dan tegak menghantarkan kabel-kabel ke beberapa rumah. Cahaya lampu bohlam dan neon  menghasilkan bayang-bayang sepanjang malam. Sementara itu langgar tempat orang-orang Kemuning memanjatkan doa tak lagi memasang lampu teplok. Listrik telah memberi langgar sumber cahaya yang baru.

Jalan-jalan kampung yang semula senyap dan temaram berubah lebih terang. Malam tak lagi hanya dikuasai oleh suara-suara kodok dan serangga. Tapi juga oleh berisik orang-orang yang menikmati malam.

Orang-orang Kemuning jadi punya kegemaran berceloteh di malam hari. Pos ronda yang sebelumnya dibiarkan sepi dan terkesan angker, kini jadi tempat  anak muda dan kaum laki-laki di Kemuning untuk berkumpul setiap malam. Sebuah tiang lampu besar yang tertancap di depan pos ronda jadi salah satu alasannya. Mereka betah berceloteh sampai dini hari.

Namun, tempat yang paling terang di Kampung Kemuning semenjak listrik masuk enam bulan lalu tentu saja kantor lurah. Bola-bola lampu menempel di beberapa sisi kantor. Dan yang paling luar biasa ialah sebuah TV tabung hitam putih ada di dalamnya.

Setiap Sabtu dan Minggu, dari sore hingga malam tv tersebut dikeluarkan ke halaman kantor. Tayangan cerdas cermat, drama keluarga, sampai berita malam jadi hiburan orang-orang Kemuning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun