Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yogyakarta yang Lengang, tapi Mbah Wiyoto Tak Bisa #Dirumahaja

24 Maret 2020   08:55 Diperbarui: 24 Maret 2020   11:24 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Wiyoto tetap berjualan di tengah situasi pandemi Covid-19 di Yogyakarta (dok. pri).

Senin pagi (23/3/2020) di Yogyakarta tak pernah selengang ini. Bahkan dibanding musim libur semester perguruan tinggi ketika sebagian mahasiswa perantau pamit menjenguk kampung halamannya, ini masih lebih lengang.

Sepintas mirip dengan akhir Ramadan manakala Yogyakarta ditinggal serempak oleh banyak warganya yang mudik. Jalan Kaliurang yang membelah kawasan padat paling berkembang di Yogyakarta tak disesaki kendaraan. 

Hanya beberapa mobil, sepeda motor dan bus Trans Jogja yang melintas dalam keganjilan. Padahal, biasanya antara pukul 7 hingga 9 pagi, jalan utama menuju kampus Universitas Gadjah Mada ini merayap kondisinya.

Begitu sepi hingga mudah bagi saya menyeberang jalan. Aktivitas pagi itu saya niatkan untuk beberapa tujuan sekaligus. Pertama menggerakkan tubuh untuk mencari keringat. 

Kedua menuju ATM untuk menarik tunai sekadar mengisi dompet secukupnya dan top up uang elektronik. Ketiga, selesai dari ATM saya kembali sekalian mampir membeli sarapan dan beberapa kebutuhan.

Jalan Kaliurang di Sleman, Yogyakarta lengang pada Senin (23/3/2020) pagi (dok. pri).
Jalan Kaliurang di Sleman, Yogyakarta lengang pada Senin (23/3/2020) pagi (dok. pri).
Anjuran #Dirumahaja membuat saya perlu merencanakan waktu keluar seefektif mungkin. Saya memilih pagi hari sebelum pukul tujuh karena pasti kondisinya sepi sehingga bisa mengurangi potensi saya berada dalam kerumunan, terutama saat membeli sarapan atau belanja kebutuhan.

#Dirumahaja tak bisa menahan kita untuk benar-benar berdiam di rumah. Sejumlah kebutuhan mengharuskan kita untuk melangkah keluar dan berinteraksi. Kebutuhan-kebutuhan seperti pangan dan kebutuhan rutin lainnya perlu dipenuhi dengan keluar rumah, menuju warung, atau berbelanja ke supermarket.

Namun, semua itu perlu dilakukan seefektif mungkin. Jangan terlalu lama dan perlu direncanakan waktu terbaiknya. Maka waktu sekitar 45 menit itu saya manfaatkan untuk memenuhi beberapa kebutuhan sekaligus.

Pagi itu saya menyusuri gang-gang tak jauh dari tempat tinggal. Terlihat bukan hanya jalan raya yang lengang. Gang-gang dan simpul-simpul jalan antar perumahan dan rumah kos yang sambung-menyambung menuju kampus juga terasa sepi.

Pada hari-hari normal dari mulut gang-gang itu tak henti mengalir orang-orang yang memulai aktivitasnya sejak pagi. Ojek online hilir mudik mengantarkan penumpang. Penjual gudeg, bubur ayam, gorengan, dan jajan pasar sudah ramai dikerumuni orang-orang yang perlu sarapan pagi.

Namun kali ini saya tidak melihat seorang penjual gudeg yang biasanya menghuni bagian depan sebuah toko. Sebuah gerobak bubur ayam yang biasanya sibuk melayani pembeli sejak pukul 6 pagi, kemarin terbungkus terpal dengan tali yang mengikat rapat. Langkah kaki warga dan para mahasiswa yang biasanya tergesa-gesa kini hanya menyisakan bayangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun