Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire, dan Tumpulnya Nalar Orang Indonesia

22 Januari 2020   08:31 Diperbarui: 22 Januari 2020   08:52 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat (foto: kompas.com)

Munculnya kerajaan-kerajaan palsu di beberapa daerah yang mengundang kontroversi penting untuk dicermati. Apalagi setelah terungkapnya Keraton Agung Sejagat, ikut pula terkuak kerajaan dan negara palsu lainnya seperti Sunda Empire dan Negara Rakyat Nusantara, serta tidak menutup kemungkinan daftar namanya akan bertambah lagi.

Sebagian masyarakat tidak ambil pusing dan menganggap kerajaan-kerajaan palsu itu hanya ekspresi budaya yang perlu "diarahkan". Sementara ada yang terhibur melihat polah para raja, ratu, serta pengikutnya yang dianggap sedang bermain "raja-rajaan". Namun, banyak pula yang terkejut atau heran dengan kemunculan kerajaan-kerajaan itu. 

Apakah Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire layak membuat kita terkejut?

Mungkin ada wajarnya demikian. Akan tetapi sebenarnya tidak terlalu mengejutkan andai saja kita tidak mudah lupa pada kejadian-kejadian: investasi bodong, penipuan travel umroh, dukun pengganda uang, pengujar ajaran sesat, teori bumi datar dan sebagainya yang sudah lebih dulu berkembang biak di sekitar kita selama ini.

Sekilas kejadian-kejadian tersebut berbeda ruang dan konteksnya dengan Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire. Memang sepintas tak ada benang merah yang bisa ditarik sebagai simpul hubungan antara kerajaan-kerajaan palsu dengan investasi bodong atau antara keraton fiktif dengan eksistensi teori nyeleneh yang betapapun ngawurnya tetap dipercaya banyak orang.

Namun, jika kita berpikir lebih dalam dan oleh karena itu kita perlu melepas kaca mata dangkal yang sering kita pakai, akan tergali realitas tentang nalar sebagian masyarakat Indonesia.

Munculnya kerajaan-kerajaan palsu berpangkal pada masalah yang sama dengan maraknya penipuan bermodus pelipatgandaan harta dan uang yang berulang kali menjerat banyak korban. Pangkal terdalam masalah itu ialah tumpulnya nalar masyarakat.

Pada semua kasus tersebut, khususnya kemunculan kerajaan-kerajaan palsu, terpantul degenerasi nalar. Realitas yang mirip dengan pesatnya perkembangan industri hoax di tengah-tengah masyarakat kita selama beberapa tahun terakhir.

Bedanya, jika industri hoax sering dikaitkan dengan rendahnya tingkat literasi, maka kemunculan-kemunculan kerajaan palsu dengan segala seluk beluknya memperlihatkan krisis lebih lanjut dari rendahnya literasi, yakni degenerasi yang menumpulkan nalar.

Itu bisa dideteksi melalui fakta bahwa kerajaan-kerajaan palsu memiliki banyak pengikut dan tidak sedikit di antaranya merupakan orang-orang berpendidikan atau tokoh masyarakat (seperti halnya korban investasi bodong atau penganut teori-teori nyeleneh seringkali merupakan orang-orang pintar). 

Nalar para "warga kerajaan" berhenti pada angan kenikmatan, kenyamanan, dan kebanggaan, tanpa kesanggupan untuk berpikir lebih lanjut secara mendalam. Serupa dengan orang-orang yang meskipun sudah berulang kali membaca berita tentang kebohongan-kebohongan dan modus-modus tawaran umroh murah, investasi bodong, dan lain sebagainya, tapi tetap tergiur dan menjadi korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun