Jogja Fashion Carnival 2019, "Sampah-sampah Cantik" yang Antiklimaks

Barbagai aspek kekayaan dan keberagaman Indonesia bisa tampil dalam wujud yang cantik dan indah. Kreativitas Jogja Fashion Carnival 2019 menggunakan sampah dan barang-barang daur ulang untuk menyuguhkannya.

Kawasan Malioboro sesak oleh ribuan orang pada Minggu sore, 3 November 2019. Masyarakat, pengunjung dan wisatawan berbaur bersama. Mereka berbaris di sepanjang pinggiran jalan.

Sebelumnya mendung sempat membuat cemas. Namun, menjelang pukul 15.00 tiba-tiba langit menjadi cerah kembali dan udara terasa hangat. Suasana yang sangat mendukung bagi Jogja Fashion Carnival 2019. Ini adalah penutup rangkaian Jogja Fashion Week 2019, sebuah pagelaran fashion tertua di Indonesia. 

Warna-warni flora Indonesia (dok. pri).

Kreasi kostum karnaval mengkombinasikan berbagai bahan ramah lingkungan (dok. pri).

Jogja Fashion Carnival 2019 mengusung tema khusus "Flora dan Fauna Indonesia". Tema tersebut dipadankan dengan tema utama Jogja Fashion Week 2019 yakni "Sustainable Fashion" yang menitikberatkan pada pemanfaatan barang-barang ramah lingkungan dan produk daur ulang dari sampah yang masih bernilai.

Maka lahirlah berbagai kostum dan busana yang cantik. Dari sampah menjadi sebuah karya indah.

Sebanyak 21 kelompok yang berasal dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, dan Cilacap ikut serta dalam karnaval di Malioboro sore itu. Mereka menampilkan kreasi kostum dengan aneka rupa, bentuk, dan warna. Isu-isu lingkungan juga diselipkan.

Salah satu kreasi membawa pesan untuk menjaga kelestarian laut. Bersama kostum berwarna cerah dan muda, ditampilkan payung-payung dengan hiasan pita memanjang sehingga menyerupai ubur-ubur.

Bambu pun bisa jadi kostum yang cantik (dok. pri).

Peragawan dengan kostum yang tidak biasa (dok. pri).

Kelompok lain mengangkat pembakaran hutan di Kalimantan yang menyebabkan kepunahan binatang dan tumbuhan endemik. Dengan kostum bercirikan dayak, sejumlah orang menampilkan bentuk kreasi Burung Enggang, salah satu binatang khas Kalimantan yang semakin langka.

Peserta dari Cilacap tak mau kalah dengan menampilkan kreasi "Eksotisme Bunga Anggrek". Kostum dan busana yang mereka kenakan sangat kaya warna sesuai dengan warna-warni bunga Anggrek. 

Namun, bentuk dan hiasan pada kostum dan busana mereka tidak terlalu jelas menampilkan bunga Anggrek. Bahkan pengantar yang menyertai parade mereka melakukan kesalahan mendasar dengan menyebutkan Anggrek sebagai benalu. Bagi penonton yang memahami Anggrek, hal-hal tersebut tentu mengganggu.

Dari sampah menjadi kostum yang cantik dan indah (dok. pri).

Cantik! (dok. pri).

Selain kostum dengan rupa dan hiasan berbentuk binatang dan tumbuhan, kostum kombinasi batik, lurik, dengan produk daur ulang sampah juga tak kalah cantik. Bahkan beberapa kreasi terlihat sangat istimewa.

Salah satunya adalah kostum yang terbuat dari rangkaian plastik  hitam. Ukurannya yang besar dan lebar membuat pemakainya seolah tenggelam dalam timbunan plastik.

Ada juga kostum dari bahan anyaman bambu, potongan perca, dan bahan-bahan daur ulang sampah lainnya. Porsi penggunaannya beragam, ada yang dominan produk daur ulang, tapi banyak juga yang digunakan dalam jumlah sedikit. 

Jogja Fashion Carnival 2019 (dok. pri).

Jogja Fashion Carnival 2019 (dok. pri).

Namun, hampir semua kreasi kostum dan busana karnaval yang disuguhkan sore itu terlihat cantik. Apalagi peserta juga menyertakan koreografi dan musik pengiring sehingga karnaval kostum dan busana bertambah meriah. 

Sayangnya karnaval hanya sebentar berlangsung tertib. Belum separuh peserta tampil, banyak penonton termasuk para juru foto yang menyerbu begitu saja ke badan jalan bahkan saat peserta belum jauh meninggalkan garis start dan panggung kehormatan. Mereka menghadang laju peserta karnaval demi mendapatkan foto terbaik.

Penonton dan juru foto yang tidak tertib membuat karnaval tidak bisa dinikmati secara maksimal (dok. pri).

Panitia dan pembawa acara berulang kali mengingatkan mereka untuk tidak masuk terlalu dekat. Tapi hampir tak ada petugas yang menjaga dan menegakkan ketertiban.  Tali pembatas yang dibentangkan dengan mudah ditembus. Ini membuat Jogja Fashion Carnival tidak bisa dinikmati secara maksimal.

Jogja Fashion Carnival 2019 (dok. pri).

Selain ketertiban yang kurang terjaga, jalannya karnaval juga terasa antiklimaks. Jogja Fashion Carnival 2019 menghadirkan bintang tamu Fashion Carnival FT UNY, Salatiga Carnival, Jember Society Carnival, dan Banyuwangi Ethno Carnival yang sudah memiliki prestasi serta pengalaman di tingkat nasional dan internasional. Mereka muncul di belakang 21 kelompok peserta. 

Flora dan fauna jadi satu (dok. pri).

Burung raksasa di Jogja Fashion Carnival 2019 (dok. pri).

Namun, penampilan mereka tidak terlalu istimewa. Selain bentuk kostum yang sudah sering ditampilkan, personel yang ikut juga tidak banyak. Kemunculan mereka di akhir parade kurang memberi kesan yang kuat bagi penonton. Menurut saya Jogja Fashion Carnival 2019 juga bukan edisi yang terbaik dibanding tahun-tahun sebelumnya.