Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jogja Fashion Carnival 2019, "Sampah-sampah Cantik" yang Antiklimaks

4 November 2019   19:51 Diperbarui: 4 November 2019   19:48 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kostum dari daur ulang sampah kantung plastik di Jogja Fashion Carnival 2019 (dok. pri).

Barbagai aspek kekayaan dan keberagaman Indonesia bisa tampil dalam wujud yang cantik dan indah. Kreativitas Jogja Fashion Carnival 2019 menggunakan sampah dan barang-barang daur ulang untuk menyuguhkannya.

Kawasan Malioboro sesak oleh ribuan orang pada Minggu sore, 3 November 2019. Masyarakat, pengunjung dan wisatawan berbaur bersama. Mereka berbaris di sepanjang pinggiran jalan.

Sebelumnya mendung sempat membuat cemas. Namun, menjelang pukul 15.00 tiba-tiba langit menjadi cerah kembali dan udara terasa hangat. Suasana yang sangat mendukung bagi Jogja Fashion Carnival 2019. Ini adalah penutup rangkaian Jogja Fashion Week 2019, sebuah pagelaran fashion tertua di Indonesia. 

Warna-warni flora Indonesia (dok. pri).
Warna-warni flora Indonesia (dok. pri).
Kreasi kostum karnaval mengkombinasikan berbagai bahan ramah lingkungan (dok. pri).
Kreasi kostum karnaval mengkombinasikan berbagai bahan ramah lingkungan (dok. pri).
Jogja Fashion Carnival 2019 mengusung tema khusus "Flora dan Fauna Indonesia". Tema tersebut dipadankan dengan tema utama Jogja Fashion Week 2019 yakni "Sustainable Fashion" yang menitikberatkan pada pemanfaatan barang-barang ramah lingkungan dan produk daur ulang dari sampah yang masih bernilai.

Maka lahirlah berbagai kostum dan busana yang cantik. Dari sampah menjadi sebuah karya indah.

Sebanyak 21 kelompok yang berasal dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, dan Cilacap ikut serta dalam karnaval di Malioboro sore itu. Mereka menampilkan kreasi kostum dengan aneka rupa, bentuk, dan warna. Isu-isu lingkungan juga diselipkan.

Salah satu kreasi membawa pesan untuk menjaga kelestarian laut. Bersama kostum berwarna cerah dan muda, ditampilkan payung-payung dengan hiasan pita memanjang sehingga menyerupai ubur-ubur.

Bambu pun bisa jadi kostum yang cantik (dok. pri).
Bambu pun bisa jadi kostum yang cantik (dok. pri).
Peragawan dengan kostum yang tidak biasa (dok. pri).
Peragawan dengan kostum yang tidak biasa (dok. pri).
Kelompok lain mengangkat pembakaran hutan di Kalimantan yang menyebabkan kepunahan binatang dan tumbuhan endemik. Dengan kostum bercirikan dayak, sejumlah orang menampilkan bentuk kreasi Burung Enggang, salah satu binatang khas Kalimantan yang semakin langka.

Peserta dari Cilacap tak mau kalah dengan menampilkan kreasi "Eksotisme Bunga Anggrek". Kostum dan busana yang mereka kenakan sangat kaya warna sesuai dengan warna-warni bunga Anggrek. 

Namun, bentuk dan hiasan pada kostum dan busana mereka tidak terlalu jelas menampilkan bunga Anggrek. Bahkan pengantar yang menyertai parade mereka melakukan kesalahan mendasar dengan menyebutkan Anggrek sebagai benalu. Bagi penonton yang memahami Anggrek, hal-hal tersebut tentu mengganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun