Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bu Susi, Hari Ini Kami Patah Hati

23 Oktober 2019   09:02 Diperbarui: 23 Oktober 2019   11:23 42159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susi Pudjiastuti (dok.pri/diambil dari buku Untold Story Susi Pudjiastuti).

Terbentuk sudah kabinet Jokowi-Ma'ruf. Baru saja, (Rabu, 23 Oktober 2019) Presiden Jokowi mengumumkan dan memperkenalkan susunan kementerian dan para menteri yang akan membantunya mengurus negeri lima tahun ke depan. 

Dalam pengumuman bergaya unik di beranda Istana Merdeka tersebut, muncul banyak nama baru yang tentu sudah diketahui masyarakat paling tidak sejak dua hari sebelumnya melalui serangkaian pemanggilan dan pengenalan. 

Seiring dengan itu sejumlah nama terlempar dari orbit kabinet. Salah satu yang tak muncul lagi adalah Susi Pudjiastuti. 

Terdepaknya Bu Susi tentu membuat patah hati banyak orang. Tidak terbantahkan bahwa di antara para menteri kabinet Jokowi-Jk terdahulu, Bu Susi adalah yang paling menonjol  gebrakan dan prestasinya. Susi bersama Basuki Hadimuljono, Sri Mulyani Indrawati dan Retno Marsudi adalah fantastic four.

Hasil kerja Bu Susi yang dibarengi sejumlah kebijakan gila cukup signifikan dan dapat dirasakan nyata. Kita bisa menelusuri beberapa capaian dan parameter berikut ini. 

Ekspor ikan naik dengan beberapa komoditas melonjak signifikan. Neraca perdagangan ikan Indonesia unggul di Asia Tenggara. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) perikanan juga melebihi PDB nasional. 

Pencurian ikan menurun dan laut Indonesia tak lagi ramah pada kapal-kapal asing ilegal. Nelayan merasakan berkah kekayaan laut yang lebih baik. Usaha perikanan dan nilai tukar nelayan naik. Demikian pula konsumsi ikan yang melonjak.

Tentu saja masih ada kekurangan. Mungkin pula ada target yang belum bisa tercapai secara maksimal. Akan tetapi Susi telah mengembalikan sektor kelautan dan perikanan Indonesia ke arah yang benar setelah sekian lama hilang arah dan salah urus. 

Bu Susi berhasil membuat masyarakat Indonesia beramai-ramai menengok ke arah laut. Keberaniannya membuat kedaulatan laut Indonesia semakin garang. Di tangannya masa depan kelautan dan perikanan Indonesia mulai terlihat cerah dan bergairah setelah puluhan tahun jadi anak tiri yang tidak terurus dengan baik.

Semua loncatan itu dipimpin oleh seorang tamatan SMP. Susi Pudjiastuti yang telah 30 tahun berkawan dengan laut dan perikanan tangkap, di mana ia tidak hanya berdagang, tapi juga berinteraksi secara dekat dengan nelayan.  

Susi sangat mencintai laut sehingga ia memahami masalah secara mendalam dan bisa merumuskan solusinya, lalu menjalankannya tanpa ragu dan takut.

Masih jelas teringat bagaimana publik dan media pernah diguncang oleh informasi bahwa sindikat mafia menggoda Bu Susi dengan nilai Rp5 triliun agar ia tak mengusik ilegal fishing atau mundur dari jabatan menteri. Namun, kita tahu wanita asal Pangandaran tersebut tak pernah takluk pada tawaran kotor semacam itu. Ia menjadi menteri yang paling ditakuti mafia.

Selama lima tahun, Bu Susi tidak hanya membawa sektor kelautan dan perikanan ke arah yang benar. Hal terpenting yang harus dicatat ialah Bu Susi telah menjaga laut dan melindungi kepentingan rakyat Indonesia layaknya seorang ibu melindungi masa depan anak-anaknya. 

Oleh karena itu, terasa ironis bahwa Susi Pudjiastuti yang kegilaannya sesuai dengan slogan Jokowi, "Kerja Kerja Kerja", justru tersingkir dari kabinet Jokowi periode kedua. Patut disayangkan karena Susi yang merepresentasikan janji kampanye Jokowi dulu yang ingin mengajak ribut mafia, justru harus keluar dari arena. 

Susi Pudjiastuti merupakan contoh baik bagaimana seorang menteri menduduki jabatan bukan hanya untuk memimpin sebuah lembaga, tapi yang utama adalah mengabdi dan mencurahkan segalanya bagi kepentingan bangsa dan negara. Susi juga menunjukkan bagaimana revolusi mental dijalankan dengan cara bekerja, bukan beretorika. 

***

Karakter, kemampuan, integritas, dan cara kerja Bu Susi seperti aliran oksigen yang menyegarkan politik dan pemerintahan Indonesia yang selama ini berhawa pengap. 

Namun ternyata segala prestasi dan keunggulan tidak cukup untuk membuat Susi tetap berada di kabinet. Susi Pudjiastuti yang pada 26 Oktober 2014 diumumkan sebagai Menteri Kalautan dan Perikanan, harus melangkah ke luar pada 23 Oktober 2019.

Barangkali kita memang perlu terbiasa menerima kenyataan bahwa sosok langka dan istimewa seperti Ibu Susi belumlah bisa disambut dengan ramah oleh ekosistem politik yang pengap. 

Susi telah meyakinkan masyarakat bahwa ia salah satu yang terbaik. Akan tetapi di mata ekosistem politik yang penuh intrik dan kepentingan, ia dianggap kurang kurang baik.

Sebagian cuitan warganet yang menghendaki Susi dipertahankan sebagai menteri (sumber: twitter.com).
Sebagian cuitan warganet yang menghendaki Susi dipertahankan sebagai menteri (sumber: twitter.com).
Selama ini masyarakat yang menaruh perhatian pada Susi Pudjiastuti sedikit banyak telah mengetahui bahwa Susi tidak hanya dibenci oleh para mafia. Ia juga kurang didukung oleh pihak-pihak di lingkaran Presiden Jokowi sendiri.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), misalnya. Sejak lama partai pendukung utama Presiden Jokowi ini menyerang Susi, terutama soal pelarangan cantrang. Ketidaksenangan terhadap Susi dan kebijakannya beberapa kali ditunjukkan dengan narasi yang menyudutkan seolah Susi ingin menyengsarakan nelayan kecil. 

Gagasan kelautan dan perikanan berkelanjutan yang digaungkan Susi demi masa depan Indonesia berulang kali dibenturkan pada kepentingan sempit yang sesaat. Ia berusaha mengedukasi masyarakat tentang makna kedaulatan laut. 

Tapi ia pun harus menghadapi atasannya yang lain di dalam kabinet. Menteri Luhut Binsar Panjaitan mungkin salah satu yang paling terang memperlihatkan ketidaksetujuannya terhadap beberapa kebijakan Susi dahulu, seperti penenggelaman kapal pencuri ikan dan reklamasi Teluk Benoa.

Maka akan terlihat bahwa keputusan Presiden Jokowi untuk mempertahankan atau tidak mempertahankan Susi sangat tergantung bagaimana presiden berkompromi dan melihat kepentingan mana yang lebih penting. Susi dibutuhkan bagi kedaulatan laut. Tapi demi "kebutuhan dan stabilitas lainnya", Presiden tampaknya lebih memilih partai dan orang lain.

Tangis Susi saat berpamitan dengan masyarakat Pangandaran pada 2014 untuk memulai tugasnya sebagai menteri (dok. pri/diambil dari buku Untold Story Susi Pudjiastuti).
Tangis Susi saat berpamitan dengan masyarakat Pangandaran pada 2014 untuk memulai tugasnya sebagai menteri (dok. pri/diambil dari buku Untold Story Susi Pudjiastuti).
Bangunan kelautan dan perikanan yang mulai kokoh dibentuk oleh Ibu Susi kini dipertaruhkan. Bangunan itu sebenarnya masih rentan untuk runtuh kembali mengingat waktu lima tahun belumlah cukup untuk melembagakan sebuah warisan secara kuat. Hanya jika ada waktu lima tahun lagi bangunan beserta sistemnya itu mungkin menjadi semakin mantap.

Hak prerogatif dan keputusan telah diambil oleh presiden. Bu Susi sendiri sejak jauh-jauh hari telah melempar kode kepada masyarakat bahwa ia tidak akan berada lebih lama lagi di lingkaran pembantu Presiden Jokowi.

Semoga sepeninggal Bu Susi, masa depan kelautan dan perikanan yang sudah terlihat cerah tidak kembali terperosok pada palung laut yang gelap. Jangan sampai laju pembangunan bidang kelautan dan perikanan yang sekarang sedang bergerak pada arah yang benar harus terpental mundur lagi.

***

Minggu, 2 November 2014, masyarakat Pangandaran berkumpul mengiringi keberangkatan Susi ke Jakarta. Susi berpamitan, matanya memerah. Banyak orang menangis melepasnya. Sampai ke lapangan terbang, masyarakat tetap mengikuti Susi. Seolah belum rela ditinggal seorang Ibu yang hendak pergi untuk mengabdi.

Hari ini, 23 Oktober 2019, Susi kembali akan berpamitan. Matanya mungkin akan memerah lagi. Juga akan ada banyak orang yang mengiringi langkahnya dengan patah hati. Kali ini Susi pergi menuju arah kebalikan lima tahun lalu. Terima kasih, Bu Susi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun