Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bahaya Mengintai di Balik "Direct Debit" LinkAja-KAI Access

6 September 2019   14:08 Diperbarui: 6 September 2019   15:33 2195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi KAI Access dan LinkAja (dok. pri).

"Direct debit" ala LinkAja dan KAI Access mungkin dimaksudkan untuk mendorong penetrasi dan penggunaan uang elektronik LinkAja di tengah dominasi Go-Pay dan OVO. Namun sangat disayangkan cara yang digunakan justru menempatkan konsumen pada risiko-risiko yang berpotensi menimbulkan masalah keamanan dan kerugian.

Konsumen atau pengguna juga dihadapkan pada pilihan yang kurang menguntungkan karena pemesanan tiket kereta api lokal melalui aplikasi KAI Acces hanya bisa dibayarkan dengan uang elektronik LinkAja. Sementara pembayaran tiket kereta api jarak jauh dan menengah bisa menggunakan pembayaran lainnya.

***

Belajar dari pengalaman di atas sebaiknya kita lebih berhati-hati jika bertransaksi di aplikasi KAI Access dengan metode pembayaran LinkAja, terutama selama KAI dan LinkAja belum melakukan perbaikan terhadap fitur "direct debit".

Setelah melakukan pembayaran dengan LinkAja, tidak ada salahnya untuk mengajukan penonaktifan "direct debit" secara manual pada KAI. Meski merepotkan, tapi  itu bisa mengurangi risiko yang mungkin terjadi seperti yang saya alami.

Berdasarkan kejadian di atas bisa pula saya menyimpulkan bahwa konsumen di Indonesia masih dihadapkan pada potensi-potensi dan risiko-risiko yang cenderung merugikan. Ada semacam hubungan yang tidak seimbang antara konsumen atau pelanggan dengan penyedia layanan dan jasa. Tidak jarang konsumen terpaksa harus bersusah payah untuk mendapatkan haknya atau bahkan akhirnya "pasrah" menerima kerugian. 

Ironisnya, perusahaan-perusahaan besar di bawah naungan BUMN seperti KAI dan LinkAja juga menerapkan perlakuan yang menempatkan pelanggan pada risiko yang tidak kecil. Oleh karena itu, kita perlu lebih peduli pada hak kita sebagai konsumen atau pengguna jasa dan layanan apapun. Tidak masalah jika itu harus membuat kita menjadi konsumen yang agak cerewet. 

Di sisi lain adanya media alternatif seperti Kompasiana perlu dimanfaatkan. Lagipula sudah sering terbukti kalau Kompasiana bisa menjadi saluran "sambat" sekaligus membantu kita menjadi konsumen yang lebih bermartabat.

**

Baca juga: Selamat Tinggal TCash, Selamat Datang LinkAja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun