Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ulama Penebar Kebencian dan Gembala yang Lepas

19 Agustus 2019   09:03 Diperbarui: 19 Agustus 2019   17:30 3993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu "Salib" di puncak Bukit Harapan, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara (Dok. pri) 

Hari ini kita hidup dan menjalani kehidupan dalam peradaban modern di mana kemajemukan menjadi corak utama. Kemajemukan tidak bisa kita tolak atau singkirkan. 

Kita hanya mungkin menghindarinya jika bisa memaksa Tuhan untuk tidak melahirkan kita ke dunia atau meyakinkan Tuhan agar hanya menciptakan segalanya sesuai keinginan kita. Tapi siapa kita sampai berani dan bisa memaksa Tuhan?

Di tengah kehidupan yang majemuk kita pun menghadapi permasalahan utama yang sama mengenai agama. Inti permasalahannya ialah sejauh mana umat beragama yang majemuk, terutama di Indonesia, mampu membangun dan mengembangkan sebuah peradaban yang indah dan kuat?

Kadang saya disergap rasa keraguan tentang peradaban yang indah itu. Bukan pesimis atau membayangkan Indonesia akan gagal mencapai tingkat peradaban yang tinggi.

Bayangan tentang perbadaban bangsa yang kuat dan penuh kedamaian serta kesantunan ada di ujung penglihatan. Akan tetapi masih agak jauh untuk bisa menjumpai rupa peradaban tersebut hadir di tengah-tengah kita.

Secara prinsip saya dan kebanyakan dari kita tentu setuju bahwa kemajemukan yang mewarnai Indonesia adalah keunggulan positif yang sangat besar. Namun, siapa yang tidak resah ketika semakin hari semakin sering kita menjumpai ekspresi keagamaan yang tidak terkendali?

Bersamaan dengan itu pula kita jumpai ulama-ulama yang semestinya membawa pencerahan tentang kearifan agama dan persatuan umat, justru cenderung memancing isu-isu destruktif dan memecah belah. 

Entah sudah berapa kali kita menatap realitas bahwa di antara para pembawa pesan agama itu, kerap mengobarkan emosi melalui pandangannya tentang "bela agama", "bela Tuhan", dan sebagainya.

Pembangkit Sentimen Keagamaan

Agama adalah jalan mewujudkan kemanusiaan dan kepercayaan pada Tuhan merupakan penunjuk arah terbaik untuk mencapainya. 

Maka ulama sebagai pembawa ilmu mestinya menuntun masyarakat agar mengamalkan kemanusiaan. Salah satunya dengan mendidik umatnya untuk menghilangkan sifat memusuhi dan memandang rendah agama lain.

Namun, sekarang kerap dijumpai sebaliknya. Seorang atau dua orang ustaz dalam ceramahnya menggelontorkan ujaran yang menekankan tempat ibadah dan simbol agama A adalah gangguan bagian iman agama B. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun