Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sudah Berapa Banyak "Cashback" Kamu Kumpulkan Selama Puasa?

24 Mei 2019   09:20 Diperbarui: 24 Mei 2019   09:45 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadan di Indonesia selalu disertai fenomena-fenomena. Pasar kaget, penjual dadakan, dan buka bersama alias "bukber" adalah sedikit contoh fenomena Ramadan yang selalu berulang dari tahun ke tahun. Tentu masih banyak lagi fenomena dan kebiasaan yang muncul setiap kali Ramadan tiba.

Tahun ini sebuah fenomena baru tampak dominan mewarnai Ramadan. Seiring tren transaksi pembayaran digital dengan uang elektronik seperti Go-Pay dan OVO, "cashback" menjadi kosakata yang sangat dikenal saat ini, terutama oleh kaum milenial.

Walau cashback juga populer dalam dunia belanja daring, tapi Go-Pay dan OVO telah membuat "cashback" menjadi fenomena tersendiri. Orang-orang sekarang menganggap "cashback" jauh lebih berharga dibanding diskon. Padahal, diskon dan "cashback" pada prinsipnya tak jauh berbeda, yaitu pengurangan jumlah atau harga yang harus dibayarkan.

Program "cashback" yang digelontorkan oleh Go-Pay dan OVO secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu berhasil mengubah "cashback" menjadi mantra yang sangat bertenaga. Hari ini kita menjumpai orang-orang lebih gembira melihat tulisan "cashback" dibanding "sale" atau "harga murah". Agak sulit dimengerti memang, tapi faktanya demikian.

dokpri
dokpri

Bagi banyak orang "cashback" telah menjadi salah satu faktor penentu ketika memutuskan: kapan sebaiknya belanja, di mana sebaiknya jajan, dan apa saja yang bisa dibeli. Semua itu kini melibatkan pertimbangan "cashback".

Tulisan "cashback" pada halaman muka aplikasi belanja daring dan pada kaca depan kedai makanan atau minuman mampu menyentuh dan bahkan memanipulasi relung psikologis konsumen. Sampai di sini, mesin konsumerisme tampaknya telah menemukan bahan bakar penggerak terbaiknya.

Kembali ke soal fenomena selama Ramadan. Bulan Ramadan kali ini seakan menjadi bulan "aji mumpung" bagi Go-Pay dan OVO untuk menguasai dan merebut pasar. Program "cashback" dari Go-Pay dan OVO tak mengenal jeda selama Ramadan dan dijumpai di banyak tempat dan daerah. Go-Pay sebenarnya sudah lebih dulu secara berkala mengumbar "cashback" lewat program "Gopaypayday".

Misi Go-Pay dan OVO bertemu dengan kebutuhan serta perilaku konsumen selama Ramadan. Hasilnya adalah apa yang disebut sebagai "demam cashback".

Tak dipungkiri saya termasuk yang merasakan efek dan keuntungan dari "demam cashback" selama Ramadan. Dari hari pertama Ramadan sampai hari ini sudah sebelas kali saya bertransaksi menggunakan dompet digital uang elektronik. Baik untuk berbelanja kebutuhan di supermarket, belanja di situs daring, membayar ongkos di bengkel, dan membeli makanan serta minuman berbuka puasa.

dokpri
dokpri

Dari sebelas transaksi tersebut, enam di antaranya saya mendapatkan "cashback". Pengalaman cashback paling menarik bermula dari sebuah peristiwa yang justru kurang menyenangkan. Senin, 13 Mei 2019, saya harus berjalan kaki mendorong sepeda motor yang roda belakangnya tiba-tiba bocor. 

Walau masih sekitar pukul 8 pagi dan matahari belum terlalu terik, tapi mendorong sepeda motor menyisir jalan raya dalam kondisi berpuasa terasa lebih berat dari biasanya. Apalagi ditambah kemeja lengan panjang yang saya kenakan membuat keringat mengalir lebih cepat.

Untungnya saya tidak perlu berjalan terlalu jauh. Sebuah bengkel di pinggir jalan saya dapatkan sudah buka. Pendek cerita di situlah saya mengganti ban.

Rupanya bengkel tersebut menerima pembayaran dengan Go-Pay dan sedang ada program cashback 20% untuk setiap transaksi. Saya lalu membayar biaya penggantian ban dalam sebesar Rp46.000 dengan Go-Pay. Saldo sebesar Rp9200 pun saya terima sebagai "cashback".

Pada kesempatan lain, tepatnya pada 10 Mei 2019 saya membeli buku biografi Soedirman dari sebuah toko daring. Sudah lama saya menginginkan buku itu untuk melengkapi seri biografi sejarah yang sudah lebih dulu saya koleksi. 

Kebetulan sedang ada diskon ditambah program "cashback" pembayaran dengan Gopay. Dengan dua keuntungan tersebut saldo Gopay saya hanya berkurang Rp20.800. Sementara "cashback" yang saya terima sebesar Rp20.000.

"Cashback" sebesar Rp20.000 juga saya dapat saat berbelanja melalui sebuah aplikasi e-commerce pada 17 Mei 2019. Sementara pada 18 Mei ketika membeli segelas es kopi susu di sebuah outlet, saldo Go-Pay sebesar Rp3600 saya terima kembali. Lalu pada 19 Mei dari sebuah outlet roti bakar saya menerima cashback OVO sebesar 2700 point.

Sebelumnya pada 12 Mei saat membeli makanan untuk berbuka di sebuah warung ayam goreng dan bakar, penjualnya ternyata menyediakan pembayaran dengan Go-Pay.

"Mau pakai Go-Pay, kak? Sedang ada cashback", begitu kata kasir wanita dari balik meja.  Kaget juga mengetahui warung ini menerima pembayaran dengan Go-Pay. Saya lalu diminta untuk memindai stiker kode respon cepat yang tertempel di dinding agak jauh dari kasir dan lebih dekat pintu belakang. 

Sempat saya bertanya dalam hati, mengapa stiker ini tidak ditempel di meja kasir agar mudah terlihat oleh pembeli yang akan membayar? Akan tetapi belum sempat saya mendapat jawabannya, "cashback" sebesar Rp4950 sudah lebih dulu masuk ke saldo Go-Pay saya.

dokpri
dokpri

"Demam cashback" Ramadan tahun ini mungkin menjadi awal dari fenomena baru. Dengan kata lain "demam cashback" bakal berulang pada setiap Ramadan berikutnya. 

Jangan heran jika kelak kita akan merasakan bahwa yang paling dinanti masyarakat dari puasa Ramadan bukan lagi pasar kaget atau buka bersama, tapi "cashback".

Lalu apakah kita harus senang dengan fenomena "demam cashback" ini? Rasanya kita tetap perlu berhati-hati dan mengendalikan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun