Tidak sulit pula memperkirakan bahwa sejak ia keluar atau dikeluarkan dari TNI, Pak Prabowo segera bersumpah untuk menjadi pemenang di kesempatan-kesempatan selanjutnya. Sama halnya dengan Mourinho yang sejak melangkah keluar dari Barcelona bersumpah dan berambisi untuk mengalahkan klub itu di manapun ia berkarir.
Kata-kata Pak Prabowo bahwa TNI dan pertahanan Indonesia lemah bisa dipertimbangkan sebagai maksud untuk mengatakan bahwa tanpa dirinya TNI dan Indonesia lemah. Hanya dirinyalah yang bisa membuat TNI dan pertahanan Indonesia menjadi kuat. Geloranya semakin jelas saat Pak Prabowo menunjuk diri sendiri lebih TNI daripada TNI. Semua itu mirip dengan obsesi Mourinho yang selalu ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia lebih unggul dari Barcelona dan Pep Guardiola.
Baik Mourinho maupun Pak Prabowo merupakan pemburu dan pemuja kemenangan. Maka jalan paling sempurna untuk melipur kepedihan hatinya dan tinggal satu-satunya cara bagi Pak Prabowo untuk menunjukkan bahwa ia lebih besar dibanding TNI adalah dengan memenangi pemilu lalu menjadi presiden alias panglima tertinggi.
Mourinho telah menciptakan sejarah dengan kemenangan-kemenangan serta piala penting. Akankah kali ini Pak Prabowo juga demikian?
Yang jelas kita tahu bahwa hingga kini Mourinho belum mampu menemukan rumah bagi sepakbola impiannya. Rumah-rumahnya yang terdahulu tidak mengizinkan dirinya membangun dinasti sepakbola. Jauh di dalam lubuk hatinya Mou mungkin merasa bahwa hanya Barcelona yang ia mimpikan untuk membangun rezim sepakbola. Sayangnya, pintu baginya untuk kembali ke sana telah tertutup.