Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Kemiripan Prabowo dengan Jose Mourinho

8 April 2019   13:56 Diperbarui: 8 April 2019   18:31 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto (dok. Antara)

Mou, seperti halnya banyak orang yang tersihir oleh kebesaran sepakbola Barcelona, memimpikan kursi emas penguasa lapangan Camp Nou.

Sayangnya kenyataan yang harus dijelang Mourinho terbilang parah. Ketika harapannya melambung, ia justru "terdepak" dari Camp Nou. Itu lebih dari sekadar mengecewakan. Bagi seorang pemburu kejayaan seperti Mou, ini adalah periode paling menyakitkan baginya. Pupus sudah mimpinya untuk menjadi legenda di Barcelona. Hancur angannya untuk membangun sebuah rezim di sana.

Semakin pedih baginya karena tak mungkin bisa kembali ke Barcelona dan pada saat bersamaan kursi pelatih Barcelona justru diduduki oleh bekas koleganya, Pep Guardiola. Maka sejak saat itu ambisi Jose Mourinho pada sepakbola bukan sebatas soal piala. Ia tetap seorang pecinta kemenangan dan semakin berambisi memburu kemenangan. Tapi geloranya tak lagi sama gara-gara Barcelona.

Mou ingin lebih dari itu. Ambisi dan sumpah terbesarnya adalah mengungguli Barcelona dan mengalahkan Pep Guardiola bagaimanapun caranya.

Kekaguman Mou pada Barcelona berubah menjadi kemarahan atau mungkin semacam dendam. Bagi Mou cara terbaik dan yang paling sempurna untuk melipur nestapa itu adalah dengan mengalahkan Barcelona dan Pep Guardiola di manapun ia berada. Itulah obsesi Mourinho. 

Mourinho tidaklah bersedih saat kehilangan posisi di Chelsea dan Manchester United. Langkahnya pun ringan manakala keluar dari markas Inter Milan dan Real Madrid. Ia tak terlalu cinta pada semua klub-klub itu. Baginya klub-klub besar tersebut hanyalah wahana untuk mengungguli Barcelona dan Pep. Cinta pertamanya adalah Barcelona, meski kemudian layu terlalu dini.

Segala piala dan kemenangan yang diraih Mou, terutama saat berada di Real Madrid, Inter Milan, Chelsea, dan Manchester United sebenarnya adalah bagian dari kampanyenya bahwa ia bisa membuat klub apapun yang dilatihnya menjadi lebih unggul dari Barcelona dan bahwa ia lebih di atas Pep Guardiola. Bagi Mou semua itu adalah cara  terbaik untuk membalas "ketidakadilan" yang dulu diterimanya.

Kisah romantisme dan drama Mourinho bersama Barcelona dan Pep Guardiola itu barangkali bisa dipinjam untuk menjelaskan mengapa Pak Prabowo begitu emosional dalam debat capres 2019 episode keempat beberapa waktu lalu. Debat itu sedikit banyak membangkitkan lagi kenangan dan romantisme Pak Prabowo mengenai TNI.

Dalam debat itu Pak Prabowo sekuat tenaga meyakinkan orang-orang bahwa TNI dan sistem pertahanan Indonesia teramat lemah. Puncaknya adalah ketika Pak Prabowo mengatakan dengan lantang bahwa ia "lebih TNI daripada TNI".

Rasanya tidak sulit untuk memahami betapa kecewa, marah, dan pedihnya Pak Prabowo ketika ia bukan hanya harus melucuti segenap pangkat dan pakaian militernya, tetapi juga melucuti ambisinya untuk menjadi yang terbaik dan tertinggi.

Sama seperti Mou yang harus menerima kenyataan pahit gagal menggapai mimpinya di Barcelona, Pak Prabowo pun harus menelan kepahitan ketika diberhentikan dari dinas TNI. Ia harus keluar dari markas TNI di kala harapannya merangkak naik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun