Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Gara-gara Sandiaga Uno, Keluarga Pindah Dukungan

15 Maret 2019   13:02 Diperbarui: 17 Maret 2019   10:59 7427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal yang pasti adalah pada debat III pilpres yang akan digelar pada 17 Maret 2019, baik Sandiaga maupun Ma'ruf akan all out untuk membuktikan keandalan mereka sebagai cawapres yang menentukan. Mengapa debat tersebut akan sangat penting sehingga wajar jika kedua cawapres akan semaksimal mungkin untuk "caper"?

Pertama adalah tema debat yang meliputi topik pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, dan budaya. Cukup mengherankan bahwa topik-topik utama tersebut justru disodorkan kepada cawapres.

Kita tahu bahwa banyak persoalan pokok bangsa saat ini berkutat pada masalah pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan seterusnya. Hal-hal yang mendasar itu lebih pas jika diperdebatkan oleh capres atau oleh pasangan capres dan cawapres secara bersamaan.

Namun, di sinilah mungkin kita akan sekali lagi melihat bahwa cawapres adalah "sang penentu". Ketika persoalan penting dan mendasar diperdebatkan oleh Sandiaga dan Ma'ruf, maka baik Prabowo maupun Jokowi merasa wajib untuk hadir langsung menyaksikan para pendampingnya beradu gagasan dan visi.

Sementara bagi masyarakat, baik-buruknya performa Sandiaga maupun Ma'ruf dalam membahas tema debat bisa jadi lebih berpengaruh dibanding debat antara Prabowo dan Jokowi.

Alasan kedua mengapa debat cawapres bisa sangat menentukan selain karena topik dan tema yang diangkat sangat mendasar adalah kebuntuan kedua pasangan itu sendiri. Di kubu Jokowi-Ma'ruf, meski menurut sebagian besar survey elektabilitasnya masih lebih unggul, tapi pertumbuhannya tidak sebanding dengan harapan di awal. 

Ma'ruf Amin memang bisa mendatangkan dukungan dari sejumlah kelompok muslim. Namun, sosoknya yang eksklusif membuat jangkauannya tidak luwes. Ditambah ia terlanjur menimbulkan resistensi di beberapa segmen pendukung Jokowi.

Kemudian disadari atau tidak, Ma'ruf dianggap menjauhkan Jokowi dari kelompok minoritas yang sebelumnya banyak menaruh harapan pada kepemimpinan Jokowi. Pasangan Jokowi-Ma'ruf menjadi lebih sibuk mengurus suara "orang-orang Islam".

Sementara itu, pasangan Prabowo-Sandi juga mengalami stagnasi. Upaya Sandi yang sejak awal menempatkan diri secara inklusif dan mencoba luwes dengan mendekati emak-emak serta kaum milenial ternyata belum meyakinkan. Selain ia merupakan tokoh yang "serba tanggung", kampanye Sandi juga kurang kreatif. Padahal di tengah sulitnya memoles citra Prabowo, sosok Sandi-lah yang diagungkan.

Sebulan menjelang pemilihan, tim pemenangan masing-masing mungkin sudah menangkap gejala bahwa produktivitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi sama-sama lambat. Belum ada yang benar-benar nyaman dan yakin bisa mengunci kemenangan.

Debat III yang diikuti cawapres nanti bisa jadi menciptakan loncatan di satu pihak dan longsoran di pihak lain.  Maka inilah waktunya bagi cawapres untuk tebar pesona semaksimal mungkin sebagai sang penentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun