Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

BTP dan Para Pemberani yang Melawan Kekafiran

8 Februari 2019   09:12 Diperbarui: 8 Februari 2019   09:52 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BTP di Kompasianival 2014 (dok. pri).

Sentuhan Yoyok berhasil mengubah Batang yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu kabupaten "terkotor" di Jawa Tengah menjadi daerah percontohan nasional soal transparansi anggaran. Ini mengejutkan banyak pihak. Apalagi, Yoyok melakukannya hanya dalam satu periode jabatan bupati.

Salah satu gebrakan penting Yoyok adalah meluncurkan "Festival Anggaran". Melalui kegiatan tersebut masyarakat Batang diajak mengawasi dan mengkritisi alokasi anggaran daerah dan penggunaanya. Hal itu otomatis mendorong para pejabat daerah Batang untuk bersikap profesional dan terbuka dalam mempertanggungjawabkan penggunaan uang rakyat.

Yoyok (dok. pri).
Yoyok (dok. pri).
Upaya Yoyok untuk membenahi birokrasi yang bobrok di Batang tidaklah mudah. Pada awal menjabat sebagai bupati, ia mendapati banyak anak buahnya yang bersikap resisten terhadap prinsip dan ide gagasan antikorupsi. Akibatnya banyak program untuk masyarakat yang tidak berjalan.

Kondisi itu sempat membuat Yoyok putus asa dan berniat mundur dari kursi bupati. Namun, akhirnya ia tetap melanjutkan kepemimpinannya hingga usai. Di akhir masa jabatannya Yoyok pergi dengan kepala tegak. Ia menolak untuk maju kembali sebagai bupati kedua kalinya. Bukti bahwa sebagai pemimpin Yoyok tidak haus kekuasaan.

Nur Pamudji (dok. pri).
Nur Pamudji (dok. pri).
Jika BTP, Risma, dan Yoyok, merupakan kepala daerah yang melakukan terobosan pencegahan korupsi di dalam pengelolaan anggaran daerah, maka Nur Pamudji saat menjabat sebagai Direktur Utama PLN menggebrak dengan program "PLN Bersih: No Suap!".

Program tersebut bukan sebatas slogan karena Nur Pamudji termasuk berhasil mereformasi PLN. Salah satunya memangkas rantai korupsi pada pengadaan tender proyek di PLN. Nur Pamudji menemukan bahwa pengadaan barang di PLN yang melibatkan makelar membuat BUMN ini harus mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar dibanding seharusnya. 

Sebagai tindak lanjut, Nur Pamudji menggandeng Transparancy International Indonesia untuk mempercepat reformasi dan pembersihan di dalam tubuh PLN. Nur mendatangi langsung produsen barang-barang keperluan PLN dan pada saat bersamaan mengurangi ketergantungan PLN pada makelar. 

Pada para bawahannya Nur berupaya keras untuk menegakkan prinsip antikorupsi. Meski hal itu tidak mudah karena dalam tubuh PLN pada saat itu gurita korupsi telah membelit dengan kuat. Sebagai pemimpin, Nur berani turun membela para bawahannya yang bersih. Pada akhirnya Nur sendiri turut menjadi sasaran serangan balik para koruptor.

***

Melalui BTP, Risma, Yoyok, dan Nur Pamudji, kita melihat betapa korupsi di Indonesia telah menghujam begitu dalam ke semua sektor kehidupan. Kenyataan pahit ini barangkali membuat kita hampir putus asa karena seolah tak berdaya memerangi korupsi yang begitu masif dan sistemik.

Tak terhitung kerugian dan kesengsaraan akibat korupsi. Begitu besar penderitaan rakyat karena anggaran yang semestinya digunakan untuk menyejahterakan mereka justru dirampok oleh koruptor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun