Mohon tunggu...
wardani olive
wardani olive Mohon Tunggu... Freelancer - tidak ada keterangan

Sedang mencoba untuk mengamati keadaan Indonesia agar pemikiran menjadi terbuka.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ijtimak Ulama atau Ijtimak Politik?

20 Desember 2018   10:20 Diperbarui: 20 Desember 2018   10:32 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Usamah Hisyam, mantan penasihat Persaudaraan Alumni 212 menulis di muslimobsession yang mendadak jadi viral di media social. Dalam tulisan itu, Usamah menceritakan tentang Prabowo yang meninju meja saat diadakannya forum Dewan Penasihat PA 212 karena memprotes keislamannya dipertanyakan.

Redaksi Detikcom, Rabu, 19/12/10 telah meminta konfirmasi Ussama mengenai tulisannya dan Usamah pun menyatakan bahwa tulisan tersebut memang miliknya. Tulisan tersebut diberi judul 'Prabowo Marah Meninju Meja, Para Ulama Terperangah'. Dalam tulisan tersebut, Usamah juga menjelaskan alasannya mundur dari PA 212.

Maksud dari tulisan itu, mengenai alasan Usamah mundur dari PA 212. Usamah menegaskan alasan dia mundur dari PA 212 karena, menurutnya, PA 212 sudah jadi bagian dari timses salah satu calon presiden.

Dalam rapat tersebut ada kejadian di luar dugaan, yakni Prabowo bicara kencang dengan nada suara tinggi. Ia memprotes pihak-pihak yang meragukan kualitas keislamannya, ibadahnya, kemampuannya mengaji dan menjadi imam shalat. Selain itu, yang lebih mengejutkannya lagi ia sampai meninju keras meja rapat di depannya, sampai lima kali tinju, sehingga para ulama dan tokoh-tokoh yang hadir terperangah.

Setelah presentasi dari Prabowo selesai, suasana menjadi tegang. Forum rembuk Dewan Penasihat 212 itu pun tak pernah lagi membahas rekomendasi pencalonan Prabowo Subianto. Pertemuan malam itu seakan-akan menjadi legitimasi bahwa PA 212 secara resmi merekomendasikan Prabowo Subianto. Tak ada lagi musyawarah, apalagi voting dalam forum itu.

Alhasil, Ijtima' Ulama 1 berlangsung secara mulus mengajukan nama tunggal Prabowo sebagai capres. Sejumlah ustadz dan tokoh pergerakan Islam yang dianggap akan memperjuangkan HRS dan akan menolak pencalonan Prabowo, tak memperoleh undangan sebagai peserta ijtima' ulama. Mereka dianggap barisan yang hendak menggagalkan pencalonan Prabowo. Mereka tak diundang dalam ijtima ulama, termasuk Usamah. Itulah permainan politik tingkat tinggi panitia dengan menggunakan baju ijtima' ulama

Sudah dapat ditebak bukan episode selanjutnya jika ia terpilih menjadi orang nomor 01 di Indonesia? Saya harap rakyat Indonesia sudah tahu mana pemimpin yang baik untuk kemajuan bangsa dengan tidak meninggikan egonya. Dapat mengontrol emosinya, karena menjadi Presiden itu berat. Bukan hanya jabatan tapi AMANAH.

Kalaupun Ijtima' Ulama memiliki standar pemimpin muslim maka standar tersebut harus sesuai dengan Al-qur'an dan sunah. Dalam ijtimak tersebut ada 5 calon yang akan dinaikkan yakni Prabowo, Habib Rizieq, ada Zulkifli Hasan, ada Yusril Ihza, ada Tuan Guru Bajang. Namun, anehnya dari 5 itu kemudian Prabowo yang dianggap memenuhi standar Ijtimak Ulama.

Tentu saja ini bukan ijtimak ulama, tetapi termasuk dalam ijtimak politik. Saran yang diusulkan tidak sesuai dengan standar pemimpin.

Terpilihnya calon Prabowo tersebut memang untuk kepentingan politik yang ditunggani dengan adanya PA 212. Sudah jelas arahnya dari awal kejadian 212 bahwa hal tersebut akan digunakan sebagai alat politik di akhir. Sekarang sudah terbukti bahwa memang PA 212 ditunggangi politik, sehingga muncullah nama Prabowo yang direkomendasikan oleh ijtimak ulama sebagai Capres Indonesia 2019 tanpa adanya voting apalagi musyawarah.

Inilah dia ketika permainan politik tingkat tinggi menggunakan baju 'Ijtimak Ulama'. Menggunakan forum sebagai penunjang kekuasaan tanpa didasari dengan backstop yang bagus.

Baru di dalam forum saja sudah begini, bagaimana jika berlanjut dengan terpilihnya sebagai Presiden?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun