Mohon tunggu...
wardani olive
wardani olive Mohon Tunggu... Freelancer - tidak ada keterangan

Sedang mencoba untuk mengamati keadaan Indonesia agar pemikiran menjadi terbuka.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa Dinamakan "Pos Pertempuran"

12 Desember 2018   16:22 Diperbarui: 12 Desember 2018   17:01 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pos pertempuran Pilpres di Solo. Terdengar seperti ajang adu senjata atau bahkan peperangan di panggung Pilpres 2019 nanti. Mungkin sudah biasa jika kubu Prabowo-Sandi lebih sering menggunakan istilah negatif untuk dipublish. 

Suasana pesta demokrasi ini baiknya dirayakan oleh bangsa Indonesia untuk menyambut masa depan bangsa Indonesia yang lebih sejahtera. Menggunakan istilah "Pos Pertempuran" seperti menganggap bahwa Pilpres hanya sebatas ajang pertempurang menang atau kalah dengan menjatuhkan lawan dengan apapun caranya.

Di masa pesta demokrasi ini seharusnya calon pemimpin menunjukkan sikap kepemimpinannya yang bijak dan santun. Pesat demokrasi ini seharusnya dijadikan ajang untuk mengambil hati masyarakat untuk mempercayai kepemimpinannya untuk membawa Indonesia menjadi lebih sejahtera. Bukan untuk ajang kemenangan yang mengirbankan masyarakat demi kepentingan kekuasaan. Dengan begitu Indonesia menjadi negara yang maju.

Mungkin akan terasa lebih damai jika dinamakan dengan istilah 'Pos Kesuksesan' atau bahkan istilah yang lebih positif mungkin ini bisa mencerminkan pikiran masyarakat Indonesia yang positif. Perkataan seorang pemimpin akan mencerminkan pemikiran suatu bangsa. Untuk itu pemimpin diminta untuk bersikap bijak dan santun, baik dalam perbuatan maupun perkataan.

Maksud dari adanya pemilu adalah aksi damai untuk mencari pemimpin bangsa yang lebih baik yang akan melayani rakyat selama lima tahun masa jabatannya. Jika menjelang Pilpres saja sudah menuturkan kalimat yang terkesan negatif atau bahkan seperti kalimat yang bersifat 'teror' bagaimana keadaan bangsa Indoesia selanjutnya? Akankah kalimat yang dipublish di media merupakan kalimat yang bersifat 'teror' sehingga menakuti masyarakat dan masyarakat selalu berpikiran negatif?

Kenapa 'Pos Peperangan' didirikan di Solo padahal Solo merupakan kediaman Presiden RI? Solo berada di Jawa Tengah dan sudah menjadi rahasia umum bahwa Jawa Tengah dan DIY merupakan daerah yang basis massa PDIP atau kandang banteng. Kota Solo sudah identik dengan Kota asal Jokowi, sehingga sudah umum bahwa masyarakat mengenal Jokowi lebih dahulu. Sehingga membuat kubu Prabowo mendirikan pos di Solo dengan istilah seperti istilah untuk mengajak perang, yakni 'Pos Peperangan'.

Sebagai masyarakat Indonesia yang ingin maju harus pandai dalam memilih calon pemimpin yang diyakini dapat membawa bangsa Indonesia lebih sejahtera. Semoga rakyat Indonesia tidak mudah terprovokasi dengan adanya pemberitaan-pemberitaan di media yang bersifat negatif dengan menggunakan kalimat 'teror'.

Jika saja pihak lawan Jokowi dapat menggunakan kalimat yang lebih halus dan tidak menggunakan kalimat yang terkesan negatif yang bersifat menakutkan tentunya dapat membuka pikiran masyarakat tentang hakikat damai Pilpres 2019 bukan Pilpres sebagai ajang perang. 

Diadakannya Pilpres ini sebagai gerbang yang akan mengantarkan masyarakat Indonesia lebih maju dengan pikiran yang lebih terbuka bukan untuk menghancurkan bangsa dengan menimbulkan perselisihan antar sesama.

Semoga Indonesia dapat menjadi negara maju. Semoga Indonesia dapat menjadi lebih baik di kepemimpinan selanjutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun