Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Atau Lulung Pura-pura Nangis?

13 Desember 2016   20:55 Diperbarui: 14 Desember 2016   08:17 2552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tribunnews.com/H.Lulung

Sidang perdana kasus dugaan penistaan agama,  Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) membaca nota keberatan atas tuduhan penodaan agama diwarnai linangan air mata dengan suara terlihat emosional dan lantang.

Poin penting yang dipetik dari nota pembelaan Ahok hingga menetes air mata adalah:

Pertama, Kedekatannya dengan keluarga angkatnya yang muslim dan beberapa kerabat dan ulama lain, bukti bahwa hubungannya dengan umat muslim sejak dari kecil hingga sekarang tidak ada persoalan apapun. Adanya keluarga angkat dari muslim membuktikan bahwa Ahok bukan anti islam, justru hidupnya dibiaya dengan cara dikuliahkan oleh orang tua angkatnya.

Kedua, Selama kepemimpinannya sebagai kepala daerah di Belitung, anggota DPR RI maupun selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, banyak kebijakkannya yang pro terhadap kaum muslim seperti program membangun masjid, menghajikan/umrohkan marbut, infaq 2,5 persen dan program lainnya.

Dua poin diatas memberi pesan  bagaimana hubungan dan kedekatannya dengan muslim, namun disisi lain, Ahok harus menerima pil pahit dituduh melakukan penistaan/penodaan agama yang dianut keluarga angkatnya sendiri.

Wajar dan manusiawi, siapapun bisa mengalami hal sama seperti yang dialami Ahok penuh emosional hingga mengeluarkan air mata.

Bagaimana tanggapan H Lulung soal Ahok menangis?

"Ha-ha-ha, akting nangis dia. Masa bapaknya dibawa-bawa, Gus Dur dibawa-bawa, itu mah akting namanya," ujar Lulung ketika dihubungi, Selasa (13/12/2016). (sumber)

Lulung lupa bahwa dia pernah mengalami hal yang sama, bukannya menangisi persoalan yang menimpa dirinya atau keluarganya, justru menangisi partainya (PPP) yang terpecah belah menjadi dua kubu.

Kubu Djan Faridz/Surya Dharma Ali adalah kubu Lulung yang berseteru dengan Kubu Romahurmuzi hingga sekarang, kubu Djan faridz memberi dukungan terhadap pencalonan Ahok-Djarot di Pilgub DKI Jakarta, kubu yang dibelanya mati-matian sampai harus menangis dan mempertaruhkan nyawanya demi partai PPP kubu Djan Faridz.

Namun tangisan dan pengorbanannya berakhir sia-sia akibat tidak loyal dan membangkang terhadap keputusan partainya dibawa kubu Djan Faridz karena mendukung Agus-Sylvi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun