Harga beras di sejumlah daerah yang terus naik menyebabkan wakil presiden Jusuf Kalla angkat bicara atas  klaim  mentri Armand  yang menyatakan bahwa Indonesia suprlus beras dengan produksi diatas target produksi nasional 72 juta ton  dan menyentuh angka 79, 1 juta ton.  Bahkan  Agustus lalu mentri pertanian itu  mengatakan  Indonesia sudah swasembada dan akan mengekspor beras keluar negeri.
Jika di asumsikan dari peryataan sang mentri, maka dipastikan stok beras  dalam negeri Indonesia  melimpah ruah, sehingga dan harusnya harga beras tidak naik signifikan. Namun harga beras per november bulan lalu masih bercokol di angka 10. 700 satu kilo.
Peryataan mentri Armand itu dibantah oleh wapres JK. Menurut wapres tidak masuk akal angka swasembada 79 ton namun beras dipasaran langka. Harusnya dengan angka yang begitu  surplus, masyarakat dengan mudahnya mendapatkan beras logika sederhananya harusnya seperti itu.  Bahkan menurut wapres pemerintah harus membuka keran impor satu juta ton untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negri. Jika memang demikian apakah angka swasembada 79 ton itu hanya isapan jempol?  Entahlah yang jelas fakta dilapangan, pasaokan beras langka dan pemerintah harus mengimpor beras dari luar.