"Bersusah-susah tes dahulu, liburan kemudian."
Begitulah semangat sebagian besar siswa menjelang akhir semester. Tapi bagaimana dengan orang tua?
Mungkin bisa dibilang: "Bekerja keras dahulu bayar sekolah, terima rapor, lalu kerja keras lagi."
Benarkah sesederhana itu?
Dalam pelajaran Pendidikan Pancasila, kita belajar bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban. Orang tua punya kewajiban membayar biaya pendidikan anak (walau sekolah negeri digratiskan), dan sebagai haknya, mereka menerima rapor anak---laporan hasil belajar selama satu semester.
Namun, hak ini datang bersama syarat: seluruh administrasi sekolah harus dibereskan terlebih dahulu. Jika belum, biasanya orang tua hanya diperkenankan melihat nilai anak tanpa membawa pulang rapornya.
Apa sih Pentingnya Rapor?
Lebih dari sekadar angka atau peringkat, rapor adalah bukti bahwa seorang anak telah menjalani proses belajar sesuai tahap usianya. Ini menjadi dokumen penting untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Namun, momen pembagian rapor juga menyimpan ruang dialog:
Orang tua tak hanya ingin tahu nilai, tapi juga sikap anak di kelas, relasi dengan teman, dan bagaimana ia bertumbuh. Wajar, sebab anak SD bisa menghabiskan 6--7 jam di sekolah---bahkan lebih banyak dari waktu kebersamaannya dengan orang tua di rumah.