Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #23

11 Mei 2023   23:31 Diperbarui: 12 Mei 2023   13:08 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makan bersama | dokumentasi pribadi

Bulan Desember 2017 Yanti mendapat izin dari mentornya untuk pulang ke kampung halamannya, Medan, Sumatra Utara. Inilah waktu yang pas untuk melepas rindu pada keluarga.

Pada kesempatan ini, Yanti menceritakan pada bapak-mamaknya bahwa dia sedang dekat dengan Kris. Yanti menanyakan, apakah diizinkan berpacaran dengan Kris. "Iya nang*, asal baik-baiknya kalian," kata bapak Yanti. (*Inang: sebutan anak perempuan bagi orang Batak)

Puji Tuhan! Padahal bapak belum begitu mengenal Kris. Ini juga menjadi salah satu konfirmasi doa Yanti. Dia merasa lega telah mendapat restu dari orang tuanya untuk berpacaran dengan Kris, orang yang bukan etnis Batak.

Awal 2018 Yanti kembali ke Bogor dalam rutinitasnya. Namun tak lama, karena satu dan lain hal Yanti memutuskan pamit pada mentornya. Ia pun bergumul untuk melanjutkan perjuangan di Jawa Tengah.

Kurang lebih satu bulan lamanya Yanti menumpang di kos teman-temannya, nomaden dari satu kos ke kos lainnya. Waktu itu aku dan Yanti masih dalam tahap doa bersama. Kami pun mendoakan hal pekerjaan Yanti ke depan.

Awal bulan Maret, mendekati berakhirnya waktu doa bersama kami bertemu dan mengobrol di sebuah warung makan di Ungaran. Kami mendiskusikan langkah apa yang harus diambil ke depan.

Saat inilah yang paling mendebarkan. Karena tidak tiap hari berjumpa, rasa canggung pun menyelimuti kami. Sambil menikmati santap malam, kami saling membagikan kabar serta perkembangan doa masing-masing.

Kondisinya serba tidak mudah. Yanti masih belum pasti akan bekerja di mana. Kris juga masih belum mapan di Salatiga. Waktu itu Yanti ada beberapa peluang. Pertama, ia sudah mengirim lamaran ke kantor Dinkes Salatiga sebagai tenaga honorer. Namun saat pengumuman, ia tidak lolos seleksi administrasi.

Kedua, ada kenalannya yang menjadi suplier tepung untuk produksi kerupuk di Salatiga. Ketiga, ditawari bekerja di sebuah rumah industri minuman herbal di Jakarta. Pilihan ini juga dilematis. Jika di Salatiga, enaknya kami akan tinggal satu kota, namun pendapatannya minim. Di Jakarta bagus untuk berkarir, namun kami bakal LDR lagi.

Kembali ke warung makan. Dalam kondisi Yanti yang belum jelas, sebelum bersepakat berpacaran, Kris memberi prasyarat. Ia tidak ingin berpacaran sebelum Yanti mendapat pekerjaan. Aneh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun