Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #14

1 Desember 2022   15:08 Diperbarui: 2 Desember 2022   08:34 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan untuk menyampaikan hasil doa | dokumentasi pribadi

Banyaknya tuntutan tugas di tempat kerja maupun dinamika dalam keluarga tak jarang membuat kami terpancing emosi akibat lapar dan haus. Jadinya gampang sensi dan ingin marah. Justru dari sinilah kami harus bisa mengendalikan diri.

Ini proses yang tidak mudah. Kris yang sudah berlatih puasa seminggu sekali sejak kuliah mudah saja menahan lapar. Tapi menahan emosi? Kadang gagal. Malahan makin ke sini, makin sering puasa makin kencang godaannya untuk uring-uringan.

Puasa versi kami terbilang unik. Pantang utama kami adalah makanan dan minuman berasa. Sesekali jika kondisi fisik sedang tidak fit, atau tenggorokan sedang bermasalah, kami tetap minum air mineral secukupnya.

Demikian pula petunjuk yang diberikan dalam Alkitab. Dalam puasa 40 hari 40 malam, dikatakan Yesus tidak makan. Tidak ada keterangan bahwa Yesus tidak minum. Beberapa ahli menafsirkan, kemungkinan besar Yesus minum dalam puasa. Jadi sesekali jika memang terdesak kami akan minum, karena puasa tidak sesempit hal makan dan minum. Ini keyakinan kami, Anda boleh setuju, boleh tidak.

Hasilnya? Kami mendapat peringatan batin setiap kali ada keinginan untuk berbuat dosa seperti marah, jengkel, iri, malas atau bentuk dosa lainnya. Kami juga bertambah peka untuk mengambil keputusan yang bijaksana dalam kondisi-kondisi sulit. Jika menghadapi pertengkaran atau gesekan, kami belajar untuk segera menyelesaikannya. Kami saling menerima masukan, dan dengan rendah hari memberi maaf. Masih belum sempurna memang. Untuk itulah kami perlu terus berlatih.

Ada pengalaman unik yang Kris alami di tempat kerja. Rekan-rekan kerja, khususnya wanita, sangat memperhatikan bobot dan bentuk badannya, jadi kalau makan suka pilih-pilih. Para rekan pria juga tidak mau kalah. Mereka berusaha sedemikian rupa untuk menjaga bentuk badan yang ideal.

Sedangkan aku, sudah badannya kerempeng, pakai acara puasa lagi. Banyak kalori yang hilang, jika tidak ditambah asupan yang sesuai kapan berisinya? Ada juga yang merasa iri, karena makan sebanyak apa pun, aku tetap kurus, hehe. Di balik semua pemandangan manusia, melalui doa puasa kami diingatkan bahwa kami manusia lemah dan memerlukan anugerah Tuhan setiap hari.

Selama masih bekerja di Surabaya, atas kemurahan Tuhan Yanti beberapa kali diizinkan main ke Salatiga tepat saat Kris libur sekolah. Hal ini sejalan dengan komitmen kami untuk mengusahakan pertemuan rutin minimal dua bulan sekali demi menambah pengenalan dan pertumbuhan relasi.

Selama doa bersama, Kris dan Yanti juga makin dibukakan tentang karakter masing-masing. Ibarat puzzle yang harus digabungkan potongan demi potongan, demikianlah pengenalan kami. Pertama-tama kami menyadari bahwa sebagai manusia kami memiliki kekurangan dan kelemahan. Ditambah dengan berbeda karakter, berlainan adat pula. Komitmen kami adalah bisa mengenal dan menerima calon pasangan apa adanya.

Yanti lebih ekspresif (tipe sanguin), sedangkan Kris cenderung pemikir dan memendam perasaan (tipe melankolis). Yanti lebih spontan dalam perkataan dan tindakan, sedang Kris serba sungkan. Seandainya masing-masing kami belum diubahkan, pasti akan terjadi banyak gesekan.

Puji Tuhan perbedaan itu sudah kami sadari sejak awal. Hal ini karena peran kelompok kecil (KTB) yang telah banyak memperlengkapi kami. Perbedaan pandangan atau nilai yang kami bawa dari keluarga asal kami diskusikan dan berikan toleransi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun