Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #3

25 November 2021   12:52 Diperbarui: 25 November 2021   13:14 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komunitas dalam kelompok kecil | gambar: GETTY IMAGES via thetimes.co.uk

Dari KTB, kami diajak ikut kegiatan PU (Persekutuan Umum), di mana semua kelompok kecil bergabung untuk bersekutu. Setelah cukup aktif dalam persekutuan, aku didaulat menjadi relawan tim pemerhati. 

Tugasnya mendoakan, mempersiapkan perayaan ulang tahun anggota persekutuan, mengevaluasi perkembangan tiap kelompok kecil, serta kunjungan. Ada sebuah rumah kontrakan sebagai base camp. Di persekutuan ini pula, kebanyakan hari-hariku sebagai mahasiswa dihabiskan.

Sebagai relawan, aku satu tim dengan teman wanita asli Jawa. Aku mulai sadar (atau sebagai pelarian?) bahwa si Lampung bukan jodohku, meski masih sedikiiiiit berharap. Aku banyak sharing dengan rekanku itu. Kami satu angkatan, hanya beda program studi.

Sama-sama calon guru. Aku bisa bermain gitar, dia suka bernyanyi. Aku pendengar yang baik, dia suka ngoceh. Kami juga senasib. Aku naksir adik Angkatan, tapi ditolak. Doi naksir teman gerejanya yang ternyata sudah jadian dengan cewek lain. Wah, banyak kecocokan nih.

Seiring berjalannya waktu, kami cepat akrab. Tidak hanya membahas pelayanan, kami saling menceritakan sisi pribadi dan pergumulan. Benih-benih asmara pun mulai bersemi.

Tapi, ternyata banyak persamaan tidak menjamin keberhasilan suatu relasi. Tidak jaminan dia adalah pasangan hidupku. Ada banyak hal lebih berprinsip yang diperlukan untuk itu.

Dalam diskusi kelompok kecil, salah satu materi yang dibahas adalah prinsip berpacaran. Singkat cerita, aku memberanikan diri bergumul dan berdoa dengan rekan relawan itu. Tidak banyak saudara KTB-ku yang tahu, karena aku masih menyimpan dalam hati. Beginilah keahlian orang melankolis.

Tahun kedua aku bergabung dalam persekutuan, sekitar tahun 2012, kami Angkatan 2010 sudah mulai memimpin adik-adik KTB. Misi ini tak kalah rumit dengan mendekati lawan jenis, lho. Dari proses mendoakan, mendekati, mengunjungi dan melobi agar mau ikut KTB. Dalam kasusku pribadi, selain momong tiga adik aku juga harus mengelola perasaan dengan si Jawa. Inilah masa-masa rumit yang harus aku jalani.

Bulan terus berganti, perasaan kasmaran dibumbui dengan bermacam cek-cok. Aku punya sifat posesif. Baru juga PDKT, sudah gampang cemburu, suka mengatur dan sensitif. 

Aku maunya menikmati waktu pribadi dengan doi. Sedangkan doi pembawaannya ceria, suka membaur dengan banyak orang. Bahkan, aku merasa tidak nyaman saat dikenalkan dengan teman-temannya. Sebagai apa...? Bukan begini caraku menikmati relasi dengan lawan jenis.

Tak sampai setahun proses PDKT berakhir! Mantan calon pacar jadinya. Kejadian ini juga membeberkan realita, aku bukan pasangan yang tepat baginya. Mulanya aku shock. Ingin berontak, mengingkari kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun