Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bukan Asam Urat, Diduga Aku Mengalami DVT

5 Agustus 2021   10:04 Diperbarui: 5 Agustus 2021   12:14 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi DVT | sumber: alodokter.com, olah gambar: KRAISWAN

Aku merasa perlu meminta maaf kepada daging dan jeroan. Bahan makanan tak berdosa tapi dituduh bersalah. Pada artikelku sebelumnya (Daging Kurban, Nikmatnya di Mulut Setelahnya Cenat-Cenut) aku mengira sakit asam urat gegara makan jeroan kebanyakan.

Aku merasa nyeri di kaki sejak Senin (26/7), sehari setelah melahap jeroan. Setelah minum bahan-bahan herbal dan banyak air mineral, tak kunjung sembuh. Biasanya, kata istriku, kalau asam urat akan reda dalam tiga hari. Tapi yang kualami tidak begitu. Sampai Sabtu (31/7), berarti sudah enam hari, gejalanya makin parah.

Nyerinya merembet ke tangan, lalu punggung. Alamak! Indikasi paling jelas ada di tangan sebelah kiri, ada benjolan yang menyembul seperti habis digigit disengat tawon. Rasanya? Aduhai!

Dengan inisiatifnya, istri menggenggam HP lalu bertanya pada yang banyak tahu, Google. Bisa jadi aku mengalami DVT (Deep Vein Thrombosis), yakni penggumpalan darah pada satu atau lebih pembuluh darah vena dalam. Pada kasus kebanyakan, DVT terjadi di pembuluh darah paha atau betis, tapi bisa juga di bagian tubuh lain. (alodokter.com)

Atas informasi itu, istri mendorongku periksa ke klinik dekat rumah, Sabtu itu juga. Ah, tapi aku sibuk. Banyak agenda hari ini. Harus mengantar pesanan ke Ungaran, belanja ke pasar dan mengantarnya ke kampung. Belum kalau antri panjang, kan menyebalkan.

Aku sudah bolak-balik mengantar istri periksa ke bidan, klinik dan rumah sakit. Tapi saat aku yang harus periksa, rasanya keder juga. Ya, sejatinya aku takut periksa. Kenapa? Takut kalau kenapa-napa.

Aku menghimpun semua elemen di sekitar yang bisa membentuk keberanian mendatangi klinik. Setelah mengantar pesanan dan belanja, aku mampir ke klinik.

Si Covid pernah ditaklukkan tubuhku. Ini cuma nyeri!, batinku. Menghibur diri.

Sekitar jam 12, parkiran klinik sepi. Dan betul, di dalam lengang. Hanya aku satu-satunya pasien. Semesta melancarkan jalanku untuk periksa. Atau, hanya aku satu-satunya pesakitan yang harus mendatangi klinik hari itu...?

Aku langsung menuju meja pendaftaran. Seorang bapak berbadan besar, berkulit gelap di balik sekat transparan. Tak seperti biasa, hari ini dia tak memakai hazmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun