Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kebanyakan Orang Berkerumun di Pantai, Adakah Tempat Piknik yang Aman?

26 Mei 2021   10:48 Diperbarui: 26 Mei 2021   11:11 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerumunan di Pantai Menganti Jogja | foto: tangkapan layar WA/Yudi, olah gambar: KRAISWAN

Semua orang butuh liburan. Meski masih pandemi, sebagian orang rela untuk tidak pulang kampung, asal bisa piknik! Apalagi dengan kebijakan pemerintah yang kontradiktif. Dilarang mudik supaya tak menularkan virus, tapi boleh piknik. Memang kalau orang piknik berkerumun tidak bisa menyebarkan virus?

Idul Fitri/ lebaran adalah perayaan besar bagi umat muslim, sekaligus tradisi umum untuk umat nonmuslim. Lebaran berarti pulang kampung dan cuti bersama. Tradisi ini sulit diabaikan, tak peduli masih pandemi. Kan sudah ada vaksin. Kan pakai kendaraan pribadi. Dan alasan seterusnya. Bersamaan dengan Idul Fitri ini, kesempatan liburan/ piknik.

Piknik berarti mengunjungi tempat wisata yang diminati banyak orang, seperti pantai, danau atau taman hiburan. Menikmati wahana populer, atau sekedar berfoto di tempat-tempat viral buat membarui media sosial. Anda punya definisi sendiri?

Sebagian kita jengkel (atau sepakat?) dengan masyarakat yang kompak buat piknik. Seperti pemadangan di Pantai Ancol Jakarta, Pantai Pangandaran Jawa Barat, Pantai Menganti Jogja kapan lalu. Sejatinya piknik adalah kebutuhan. Tak salah, tapi janganlah berkerumun. Bagaimana pula melarang orang berkerumun, sedang itu tempat umum. Serba salah kan? Pastinya, setiap kita tak ingin berakhir seperti India.

Sepengen-pengennya aku piknik, kok tidak niat terlibat dalam kerumunan. Berangkat dengan ekspektasi tinggi bisa refreshing, pulangnya capek. Belum kalau (amit-amit) terpapar Covid-19. Ngeri.

Suatu akhir pekan, istri yang berprofesi manajer rumah tangga, yang hampir 24 jam x 7 hari seminggu menunggui rumah, mengusulkan piknik. What...? Dalam kondisi seperti ini? Ke mana? Bagaimana kalau macet, lalu berkerumun? Bagaimana kalau...

Syukurnya, istri punya selera di luar arus utama. Dia tidak menginginkan pantai, wahana wisata, maupun tepi sungai. Doi emang beda. Kami punya definisi piknik tersendiri. Sebagai naturalis, kami menyukai lokasi wisata yang banyak tanaman hijau, yang tidak berkerumun. Jelas bukan pantai.

Lokasi wisata yang memerlukan sedikit keringat untuk mencapainya. Yakni gunung, bukit, atau kawasan air terjun. Di masa pandemi dan kondisi istri saat ini yang tidak mendukung, sulit mencapai tempat-tempat itu. Lalu? Masih ada yang hijau-hijau yang terjangkau, apa itu?

Hari itu, kami bangun lebih awal. Air secukupnya menyapa wajah dan tangan, semprotkan pewangi dan kenakan jaket, berangkat. Ke mana kita hari ini?

Sawah dan Pohon Pengantin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun