Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Kasih Yesus Sejak Perjamuan Makan Terakhir

3 April 2021   23:16 Diperbarui: 3 April 2021   23:21 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membasuh kaki | foto: lardejesus.com.br, roti dan anggur | foto: Holy Mass Images via theodysseyonline.com, olah gambar: KRAISWAN

Tindakan sang guru ini di luar batas kewajaran. Pasalnya, membasuh kaki adalah tugas hamba/ pelayan. Dilakukan orang yang lebih rendah pada yang lebih tinggi strata sosialnya. Apakah berarti guru itu lebih rendah dari para murid? Sama sekali tidak. Dia justru merendahkan diri di depan para murid untuk memberi teladan.

Sesudah membasuh kaki para murid, ia mengenakan jubahNya dan kembali ke tempatNya. Kini, mereka siap makan bersama. Namun, sang guru mengungkapkan perasaan terdalamnya, ungkapan paling jujur sekaligus menyayat hati. "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."

Lagi, "Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang." Sebuah ucapan perpisahan.

Roti dan anggur telah tersedia di meja. Ia mengambil roti yang tidak beragi, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan membagikan kepada para murid sambil berkata, "Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." DiambilNya pula cawan berisi anggur, "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu."

Baca juga: Makna Paskah yang Sejati

Roti dan anggur dalam cawan itu menjadi simbol saat esoknya Dia menyerahkan diri untuk disalibkan. Sekaligus sebagai penggenapan akan nubuat bahwa Dialah Anak Domba Allah yang dipersembahkan bagi bagi penebusan dosa para murid dan semua manusia yang percaya kepadaNya. Dari peristiwa pembasuhan kaki dan perjamuan makan ini kita bisa mengenal seperti apa kasih Yesus.

1) Kasih yang totalitas. Seperti diketahui, membasuh kaki adalah pekerjaan para hamba. Tapi Yesus mau membasuh kaki para murid untuk membuktikan kasihNya. Yesus mau melakukan apa pun untuk orang yang dikasihiNya. Jangankan membasuh kaki, nyawaNya saja Dia berikan! Inilah kasih yang totalitas. Demikian juga, Allah mau memberikan AnakNya yang Tunggal sebagai Penebus dosa karena Ia sangat mengasihi manusia.

2) Kasih yang tidak membeda-bedakan. Semua kaki para murid dibasuhNya, tak ada yang terkecuali. Tak ada yang dilewatkan. Semua dilakukanNya dengan tulus meski Ia tahu para para murid akan memberontak. Petrus akan menyangkalNya, Yudas Iskariot akan mengkhianatiNya dan murid-murid lain meninggalkanNya seorang diri saat Ia ditangkap. Tak ada satu pun yang setia menemani Yesus.

3) Kasih yang begitu besar. Meski para murid---orang-orang terdekat yang setiap hari bersama Yesus---pun memberontak, serupa dengan dosa dan pemberontakan kita pada umumnya, namun hal itu tidak dapat menggagalkan kasih Allah. Tindakan Yesus membasuh kaki para murid menjadi caraNya untuk menanggalkan keegoisan mereka, yang selalu berdebat siapa yang terbesar di antara mereka. Manusia boleh gagal, kasih Allah tetap.

Refleksi. Adakah kita bisa mempraktikkan kasih seperti yang Yesus teladankan? Sulit? Jika begitu, maukah kita menerima dan mengalami kasih Yesus melalui penyerahan diriNya di kayu salib? Karena "...Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya (dan semua manusia) demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya."

Selamat Hari Paskah!

Catatan perenungan malam Paskah, terinspirasi dari salah satu hamba Tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun