Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kamu "Dirempongkan" di Dukcapil Online? Tenang, Ini Tipsnya

5 Maret 2021   00:27 Diperbarui: 5 Maret 2021   08:36 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlu perjuangan mengurus berkas ke Dukcapil | sumber: tangkapan layer sipendukonline.semarangkab.go.id, instagram.com/wirosablengofficial

Kita punya hak untuk dilayani. Toh mereka digaji negara dari pajak yang kita bayarkan. Kalau perlu, tuliskan pengalaman anda di Kompasiana atau media sosial. Meski tidak jaminan menyelesaikan soal, cepat atau lambat, satu atau banyak; pasti ada dampak.

Jangan mempercayakan pada calo. Dengan mengurus sendiri kita bisa tahu alur dan tata cara yang ada. Lebih paham, dan puas mendapati hasilnya. Jangan berikan calo itu 'remah', karena bisa jadi celah kecurangan bagi pegawai pemerintah.

Apalagi di zaman sekarang, data pribadi bisa diperdagangkan, dan disalahgunakan. Tahu-tahu anda ditagih deptcollector, atau ditelpon 'saudara yang lama merantau', kan tambah repot.

Anda tidak berkorban sendirian. Berkorban, satu sikap yang bisa diteladani dari pahlawan. Sesuai materi Tematik muatan PPKN Kelas 5 Sekolah Dasar. Mempercayakan berkas dan urusan catatan sipil pada calo bukanlah pengorbanan sama sekali.

Banyak dari kita enggan berkorban. Tidak enak, dan menderita. Pengorbanan di sini mencakup waktu, tenaga dan uang. Bagi kebanyakan, waktu yang paling mahal di antara ketiganya. Tapi berbeda bagi tiap orang. Artinya, derita mengurus berkas bukan anda sendiri yang mengalami.

Ada yang harus berkorban waktu, izin berkali-kali dari tempat kerja dan dipotong gajinya, apalagi buruh harian. Tenaga dan uang, khususnya yang tak punya kendaraan pribadi. Harus menunggu angkutan, bejubel bersama penumpang lain dan tidak langsung sampai tujuan. Belum kalau harus oper. Belum kalau antrian di Dukcapil lama, harus beli makan + es teh. Nambah biaya.

Pengorbanan ini akan sepadan dengan kepuasan dan rasa syukur. Juga kemudahan jika kelak hendak mengurus dokumen terkait, entah syarat KPR, akte kelahiran anak, mendaftarkan sekolah dan sebagainya.

Percaya, usaha tidak mengkhianati hasil. Demikian para motivator sering berujar. Dalam hal berkas ke Dukcapil pun berlaku. Ada teman istriku, seorang pegawai kantor BPJS, suaminya pengacara. Sampai anaknya dua tahun, mereka belum selesai pencatatan sipil. Akta nikah dari gereja terhilang, terus sibuk, lalu malas.

Kalau suami teman istriku yang pengacara saja bisa kelimpungan begitu, apa kabar aku yang buruh swasta kelas tiga ini, ya khan? Tapi dengan terus mencoba, melobi dan bertanya pada yang bersangkutan, KK mereka pun segera terbit.

Ada satu adik rohaniku (Kec. Tuntang) dan istrinya (Kec. Tengaran). Meski satu kabupaten, mereka mengalami kendala serupa. Harus bolak-balik ke kantor dukcapil, sudah mengunggah berkas tapi tidak mendapat tanggapan. Usaha mereka membuahkan hasil. Setelah sekian kali, akhirnya direspons. Sepuluh hari kemudian KK-nya keluar.

Update kasusku. Akhirnya aku berhasil menembus meja petugas dukcapil dengan fakta: 1) Nomor antrian online ku tidak dipakai, tidak dipertanyakan, dan tak ada petugas menghadang. Hari ini (04/03/2021) kantor Dukcapil Ungaran sepi. 2) Susah payah aku mengumpulkan berkas dan foto kopi, mencetak pas foto sampai berantem dengan calon, ternyata tidak dipakai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun