Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Aplikasi Sipenduk Online: Inovatif tapi Tidak Solutif

4 Maret 2021   10:02 Diperbarui: 15 Maret 2021   07:53 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi Sipenduk, sudah online tapi bikin pusing | olah gambar: KRIS WANTORO

Saran: untuk semua dokumen terkait (misalnya akte lahir, KK) bawalah yang asli jika tidak ingin bolak-balik.

Teknologinya canggih, penggunanya masih lambat. Senada tapi beda dengan slogan pegadaian, sistem Sipenduk ini berlaku Menghadapi masalah dengan masalah. Mengakses website Sipenduk adalah pengalaman pertama bagiku. Dan yakinlah, banyak yang senasib.

Seperti halnya murid di sekolah, semua kita harus belajar hal baru. Bagaimana cara membukanya, apa yang harus diklik, apa yang harus diunggah, dan seterusnya. Jika ada kesulitan, wajib dong bertanya. Bagaimana caranya, sedang untuk menjangkau meja petugas saja harus mengantri online, sehari sebelumnya.

Atas saran teman, aku diminta mengunggah berkas di web Sipenduk, melalui menu "Pelayanan lainnya". Semua berkas dari kelurahan dan lampiran sudah aku pindai dan unggah, tapi ditolak/ dipending. Perihal apa yang kurang tidak ada penjelasan atau solusi konkret, menciptakan kebingungan manusia macam aku.

Respons admin kantor Dukcapil, dari penolakan sampai pengabaian. Menyakitkan. | Tangkapan layer, dokumentasi pribadi
Respons admin kantor Dukcapil, dari penolakan sampai pengabaian. Menyakitkan. | Tangkapan layer, dokumentasi pribadi

Website menampilkan dua kontak WA. Lalu aku mendapat dua kontak berbeda dari dua rekan lainnya. Apakah mereka semua membantu? Tidak sama sekali. Satu-satunya cara memakai antrian online, minta penjelasan pada petugas. Muka bertemu muka.

Teknologinya boleh canggih, tapi penggunanya masih lambat. Masyarakat yang kebingungan, tidak tahu/ lambat menerima informasi kebijakan. Petugas juga lambat memberi tanggapan, boro-boro membantu.

Sistem online: masa depan sekaligus ancaman. Kehadiran komputer dan internet memudahkan pekerjaan manusia di satu sisi. Di sisi lain menggeser pekerjaan manusia. Petugas pintu tol, misalnya. Di Jakarta sudah masif pengisian SPBU mandiri. Calo, pekerjaan yang hanya bermodal mulut dan orang dalam, mustahil luput.

Para pakar dan pengamat teknologi memprediksi, dalam beberapa dekade mendatang, makin banyak pekerjaan manusia yang digantikan mesin. Slot pekerjaan kian minim, sedang jumlah penduduk terus bertambah.

Sistem online sudah hadir, tak perlu menunggu masa depan. Ini menjadi harapan bahwa persoalan kehidupan menjadi lebih praktis. Di saat bersamaan, ancaman. Jika keterampilannya biasa-biasa saja, apalagi ogah-ogahan, lebih berguna mempekerjakan mesin. Lalu kerja apa mereka yang terbiasa ongkang-ongkang kaki?

Penutup. Kita memasuki era disruptif, maka harus disikapi dengan pola pikir dan perilaku yang juga disruptif. Yang lambat akan digeser yang cepat, yang mahal dengan yang murah, yang jauh dengan yang dekat, yang panjang dengan yang singkat, yang berbelit dengan yang praktis.

Bagi masyarakat umum, harus berdamai dan mempelajari teknologi. Yang tua sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun