Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Filosofi Pohon Pisang, Pantang Tumbang Sebelum Berbuah

28 Agustus 2020   09:35 Diperbarui: 1 September 2020   05:01 2715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pohon pisang yang sedang berbuah. (sumber: pixabay.com/ceguito)

Semua anggota tubuhnya jadi manfaat. Mudah ditanam. Buahnya manis. Berbuah sebelum tumbang. Demikian kedudukan pohon pisang, seperti penggalan lagu: Hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini untuk melayani Tuhan... Jika saatnya nanti kutak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat.

Tak kalah pamor dengan pohon singkong (pernah saya ulas), pohon pisang (Latin: Musaceae) begitu akrab di masyarakat. Pada dekorasi orang mantenan, gapuranya biasa dihias bunga dan dedaunan, termasuk setandan pisang beserta gedebognya.

Di dapur yang punya gawe, bapak-bapak mengadu spatula raksasa dengan wajan tembaga bergaris tengah 1,5 meter. 

Adonan beras ketan selep (digiling), santan dan gula merah. Orang Jawa menyebutnya "jenang". Wajan ini dipanggang di atas tungku bonggol pisang, yang tak gampang ludes karena si jago merah tak doyan.

Ibu-ibu memotong daun pisang, mengelap zat lilinnya. Dijadikan bungkus organik untuk lemper, nagasari, meniran, lepet, sagu, termasuk jenang-jadah. 

Jajanan khas pesta ini jadi istimewa ya gegara daun yang kaya polifenol ini. Mengambil tempat sedikit di luar tenda, bapak-bapak lain merangkai pelepah pisang dan anyaman tusuk bambu. "Nampan" sajen di pertigaan atau simpang jalan.

Tak harus menunggu pesta nikahan, pelepah pisang sudah jadi sumber kebahagiaan generasiku ke atas. Demi nama kreativitas bin kepepet, pelepah itu bisa disulap kuda lumping dan pecut.

Daunnya sudah diambil oleh emak-emak untuk mengukus penganan, atau dijual ke pasar, dibarter garam dan cabe. Dalam momen tujuhbelasan---jauh sebelum pandemi---pelepah pisang jadi gebuk gantungan plastik berisi air. Bagi dalang, batang pisang jadi tatakan wayang.

Bahkan, kulit batang yang dikeringkan bernilai ekonomi di tangan pengrajin. Tas, keranjang, topi, tali dan beragam barang lainnya. Bagi pegiat kuliner kreatif, jantung pisang disulap sayur nikmat, atau keripik. Terpujilah Tuhan Pencipta manusia kreatif!

Harus berbuah sebelum tumbang, dokumentasi pribadi
Harus berbuah sebelum tumbang, dokumentasi pribadi
Demikian bermanfaat pohon buah sumber karbohidrat, mineral dan kalium ini. Tahukah Anda, pohon pisang tidak akan mati sebelum berbuah? Seberapa kali pun Anda "penggal", seberapa pun sengsara hidupnya; dia akan tumbuh, terus hidup.

Tak penting seberapa kuat atau besar seseorang, lebih penting adalah tahu tujuan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun