Topi bersayap
Cina sudah menerapkan "New Normal" di berbagai bidang, termasuk untuk anak-anak sekolah. Selain cuci tangan, memakai masker dan penyemprotan disinfektan, anak SD wajib memakai topi bersayap sepanjang 50 cm di samping kiri dan kanan saat ke sekolah. Rupanya desain topi ini terinspirasi dari kebudayaan Cina pada zaman Dinasti Song. Kreatif ya...
Â
Indonesia? Karakter, budaya dan disiplin orang di Indonesia belum bisa disandingkan dengan Cina, dong. Protokol kesehatan untuk sekolah berbeda dengan penerapan di mal, perkantoran dan ruang publik lainnnya, terang ketua DPR RI Puan Maharani. (kompas.com) Kata orang tua, "Belajarlah sampai ke negeri Cina".
"Helm astronot"
Orang yang berbahagia pun sampai rela menunda nikah. Demi apa, ya demi mencegah penularan virus. Saya membayangkan, jika sepasang kekasih didera kangen akut karena menjalin LDR, layanan video call sudah tak mempan, maka mereka harus bertemu. Jika tidak, bukan Corona yang mematikan, tapi kangen yang tak terobati. Hasyah, terlalu mendramatisir.
Orang bisa saja menggunakan "helm astronot" yang lebih aman dan lebih kece daripada face shield yang mainstream di kalangan tenaga medis. Menyambut "New Normal" harus dengan inovasi, dong. Jangan salah jika tetiba muncul helm modifikasi transparan di pasaran. Fungsinya lengkap, menjaga keselamatan saat berkendara maupun dari penularan virus. Brilian!
Kapsul motor
APD jenis ini terbilang muluk, terlalu jauh untuk diwujudkan di Indonesia rasanya. Tapi berimajinasi tidak didenda, kan?
Saya teringat film kartun Dragon Ball, atau sains fiksi Star Trek, atau Star Wars, atau novel Tere Liye di mana kendaraannya menggunakan tenaga semacam jet, sehingga tidak menyentuh tanah. Keren! Pada 1962, salah satu majalah di Italia memprediksi bagaimana wajah dunia pada 2022. (@thescientistfacst) Orang bepergian tidak lagi dengan kereta api atau transportasi publik, melainkan kapsul motor pribadi. Tak perlu masker atau face shield, tapi---yang beda tipis antara keren dengan ironi---justru seperti naik sangkar berjalan.