Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jadi Penulis Spesialis? Ini Tantangan dan Keuntungannya

2 Januari 2022   09:35 Diperbarui: 6 Januari 2022   14:01 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis sekaligus pembawa acara kuliner, Bondan Winarno. Sumber: Dokumen pribadi Bondan Winarno (Instagram/@maknyusbw)

Modal utama untuk memperoleh kepakaran tersebut adalah konsistensi dan penguasaan atas bidang yang dibahas. Tentu konsistensi dan penguasaan tadi diperoleh bukan melalui proses yang instan. Ada ketekunan untuk terus meningkatkan pengetahuan terkait bidang tersebut.

Bondan Winarno membuktikan, untuk konsisten menulis satu bidang spesifik, bisa ditekuni secara otodidak, tanpa harus memiliki gelar akademik untuk bidang terkait.

Konsistensi dan penguasaan atas bidang yang ditulis, melahirkan kompetensi. Ini tentu harus diiringi oleh keterampilan menulis yang diolah sedemikian rupa, sehingga menarik bagi pembaca.

Semakin tulisannya itu dicari pembaca yang berminat pada bidang spesifik tersebut, semakin penulisnya dikenal sebagai penulis spesialis. Ini merupakan jalan pembuka bagi penulis untuk konsisten menulis di jalur bidang spesifik yang dipilihnya.  

Tantangan Penulis Spesialis

Untuk menjadi seorang penulis spesialis, ada tantangan yang mesti diperhitungkan. Tantangan ini lebih berat lagi, bagi seorang penulis spesialis yang tidak memiliki gelar akademik untuk bidang terkait. Tantangan itu adalah sebagai berikut:  

1. Mengkreasi Kekhasan dalam Menulis

Kekhawatiran penulis yang membahas satu bidang spesifik, yaitu khawatir apabila pembaca berkomentar, "Ah! Itu lagi, itu lagi". Sehingga penulis perlu memiliki keterampilan menulis yang membuat pembaca "ketagihan".

Karena tidak punya gelar akademik terkait bidang yang dibahasnya, maka sebagai gantinya penulisnya itu harus punya ajian lain. Penulis harus bisa menciptakan "magnet" bagi tulisannya. Sehingga pembaca mau terus "nempel", membaca dari awal hingga akhir.

Misalnya bahasannya ditulis dengan gaya populer. Ini artinya tulisan itu bisa dicerna oleh segala kalangan, bahkan jika menjelaskan sesuatu yang rumit, bersifat teknis dan ilmiah.

Bukan berarti seorang penulis spesialis bergelar akademik, tidak perlu menggunakan gaya penulisan populer. Tetapi yang dimaksudkan di sini, jangan terjadi sebaliknya.

Misalnya karena merasa tidak punya gelar akademik, sehingga sebagai kompensasinya, penulisnya malah "mengilmiah-ilmiahkan" tulisannya. Maksud hati ingin membuat kesan intelek, hasilnya malah pembaca pusing tujuh keliling, karena sulit mencerna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun