Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Inilah Pentingnya Membangun Personal Branding dengan Kejujuran dan Ketulusan

19 Juni 2021   10:29 Diperbarui: 22 Juni 2021   03:35 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membangun personal branding (Sumber: pexels)

Konten dari personal brand yang dibangun, akan dikonsumsi oleh khalayak luas. Yang dikonsumsi itu bukan hanya benda seperti sandang pangan, tapi bisa juga konten tulisan atau konten video misalnya. 

Dan masyarakat butuh rasa aman, bahwa yang dkonsumsinya itu dapat dipercaya, dibuat atas dasar kejujuran. Dalam konteks inilah, maka integritas dalam membangun personal branding adalah syarat utama.

Foto: Quote tentang integritas dalam personal branding. (Sumber: All Things IC)
Foto: Quote tentang integritas dalam personal branding. (Sumber: All Things IC)

Personal Branding Tanpa Integritas Bisa Berujung Sanksi 

Membangun personal branding tanpa integritas, membuat merek (brand) itu berpeluang akan tergilas oleh aturan-aturan sosial yang berlaku. 

Dalam beberapa kasus, bahkan bisa berujung tidak hanya pada sanksi sosial, tapi juga sanksi hukum. Contoh kasus yang nyata adalah kanal Calon Sarjana yang tahun lalu dihapus oleh YouTube karena kasus plagiarisme. Penghapusan ini sempat menghebohkan netizen. Pasalnya kanal ini sudah punya sekitar 12 juta pengikut. 

Dengan demikian dalam membangun personal branding dibutuhkan kesadaran, tanggung jawab, juga komitmen untuk mengedepankan integritas, termasuk kejujuran dan ketulusan. 

Tanggung jawab dalam membangun personal branding, bisa diibaratkan seperti tanggung jawab dalam pengajuan merek bahan makanan misalnya. 

Jika suatu merek bahan makanan dibuat tanpa disertai kejujuran, misalnya berakibat mengganggu kesehatan, maka merek tersebut tidak akan lolos uji kelayakan dari BPOM.

Perumpamaan di atas tidak jauh beda dengan membangun personal branding. Bedanya hanya pada personal branding, tak ada badan resmi yang menilai uji kelayakan itu. 

Penerimaan masyarakat, norma dan nilai sosial, aturan hukumlah yang akan menjadi "mesin" uji kelayakan, apakah personal branding itu bisa diterima. Prinsip dasarnya adalah harus disertai integritas agar tidak merugikan masyarakat luas dan merugikan diri sendiri.  

Personal branding yang dibangun atas dasar integritas, memperlihatkan adanya niat baik. Ada komitmen untuk menyebarkan sesuatu yang baik. Dan ini akan memberikan reputasi positif bagi personal brand itu sendiri.***

(Penulis: Walentina Waluyanti)

Catatan: Tulisan ini disertai sumber yang bisa diklik langsung di dalam tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun