Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tulip dan Sorban

4 Mei 2021   07:58 Diperbarui: 4 Mei 2021   17:20 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pulau Tulip (Tulpeiland) di Belanda-dokpri

Selain itu, di Belanda juga pernah muncul fenomena sosial-ekonomi pada abad ke-17 yang disebut dengan istilah Tulip Mania. Fenomena ini semakin mendongkrak kejayaan tulip di Belanda. Ketika itu harga tulip begitu mahalnya hingga harganya setara dengan harga rumah di daerah kanal di Amsterdam. Bahkan disebut juga bunga tulip pada masa tulip mania ini, fungsinya setara dengan saham. Disebut juga oleh sumber ini bahwa fenomena bitcoin sekarang bisa dibandingkan dengan fenomena tulip mania pada abad ke-17.

Memetik Tulip di Perkebunan Tulip

Saat berkendara melewati kota maupun desa, bukan pemandangan asing lagi, pada musim semi di Belanda ini, orang melewati daerah pertanian dengan hamparan warna bunga tulip.

Foto: Hamparan bunga tulip di perkebunan tulip-dokpri
Foto: Hamparan bunga tulip di perkebunan tulip-dokpri
Ada beberapa perkebunan tulip yang terbuka untuk pengunjung. Orang boleh berkunjung ke rumah petani tulip untuk memetik sendiri dan memilih sendiri bunga tulip yang diinginkan. Misalnya di perkebunan tulip yang saya kunjungi di desa Biddinghuizen, untuk memetik 20 batang bunga tulip, pengunjung membayar 10 euro.

Saya melihat, pengunjung yang datang ke perkebunan untuk memetik tulip, tak ada satupun yang memakai masker. Kecuali apabila mereka masuk ke dalam ruangan untuk memesan kopi/teh, maka mereka harus memakai masker. Tetapi hanya boleh memesan saja, tidak diperbolehkan minum di dalam ruangan. 

Di Belanda memang kewajiban memakai masker hanya bila berada  di dalam ruangan. Ini berbeda dengan beberapa negara di Eropa yang mewajibkan warganya memakai masker, baik di dalam maupun di luar ruangan.

Foto: Ibu petani tulip-dokpri
Foto: Ibu petani tulip-dokpri
Sebelum mencapai perkebunan tulip, saya melewati bagian samping rumah petani tulip ini. Tampak ada kandang ayam. Juga ada beberapa ekor kelinci. Ada ruang kaca tempat menanam jenis tanaman-tanaman bumbu dapur.

Begitu sampai di perkebunan tulip, saya menemukan pemandangan yang berbeda dari saya duga. Tadinya saya mengira akan menemukan pemandangan bunga tulip yang bermekaran seperti di Pulau Tulip. Ternyata bunga-bunga tulip itu masih menguncup, belum bermekaran. Tapi tidak apa-apa. Karena begitu pulang ke rumah, ditaruh di vas beriisi air, esoknya kelopak bunga-bunga tulip itu akan membuka dengan sendirinya.

Foto: Pengunjung boleh memilih dan memetik sendiri bunga tulip-dokpri
Foto: Pengunjung boleh memilih dan memetik sendiri bunga tulip-dokpri
Saya sudah selesai memetik beberapa tangkai tulip untuk dibawa pulang. Untunglah sekarang ini bunga tulip harganya tidak lagi semahal harga rumah seperti pada abad ke-17. Sekarang harga tulip terjangkau, bisa dibeli oleh setiap orang dari semua kalangan. *** (Penulis: Walentina Waluyanti)

Catatan: Sumber tulisan ini dengan mencantumkan link di dalam artikel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun