Mohon tunggu...
Wakuliner
Wakuliner Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Marketplace Kuliner Pertama di Indonesia, untuk One-Stop Solusi Kuliner Anda. IG : @wakuliner FB : @wakuliner Download di Play Store & App Store : http://qrs.ly/ac68cjd Hunting Kuliner disini https://www.wakuliner.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Tentukan Pilihanmu Lebih Suka Soto atau Coto?

21 November 2018   17:32 Diperbarui: 21 November 2018   17:34 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soto dan Coto adalah salah satu makanan khas dari Indonesia yang pasti semua orang sudah pernah mencobanya. Makanan ini bahkan punya nama yang berbeda-beda tergantung daerah asalnya. Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan mana yang lebih dahulu tercipta, Soto atau Coto.

Dalam buku Dennys Lombard berjudul "Nusa Jawa: Silang Budaya", tertulis asal mula Soto adalah makanan Cina bernama Caudo dan pertama kali populer di wilayah Semarang lalu berkembang di Makassar dengan sebutan Coto. Tapi ada juga yang mengatakan kalau keberadaan Soto di Pulau Jawa dan wilayah lainnya diduga kuat terinspirasi dari pengaruh Coto Makassar yang dibawa oleh para pelaut Bugis Makassar yang melanglang buana di seluruh penjuru negeri. So, Wakulovers suka yang mana nih? Sebelum memilih yuk cari tahu dulu perbedaan diantara keduanya.

1.Sejarah

Antropolog dari Universitas Gadjah Mada, Dr Lono Simatupang, menyebutkan soto merupakan campuran dari berbagai macam tradisi. Mi atau soun pada soto berasal dari tradisi China. Lalu serbuk koya pada Soto yang ditemukan di lontong cap go meh adalah budaya kuliner Tionghoa peranakan. Soto juga kemungkinan mendapat pengaruh dari budaya India, dilihat dari penggunaan kunyit seperti kari, begitu juga dengan Soto yang bersantan seperti Soto Kediri. Varian soto berkembang di Pulau Jawa.

Coto, yang terkenal dari Makasar diduga merupakan masakan kuah tertua yang ada di persada Nusantara, sudah ada sejak jaman kerajaan Gowa di abad ke-16. Coto Makassar merupakan hidangan seni bercitarasa tinggi yang menjadi hidangan khusus bagi para kalangan istana kerajaan Gowa, dimana bagian daging sapi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap oleh keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalem pengikut kerajaan, juga kepada para pengawal kerajaan sebelum bertugas untuk menjaga kerajaan di pagi harinya. Orang Makassar kadang menyebutnya Coto Mangkasara.

2.Isiannya

Soto biasanya bahan utamanya adalah daging sapi dan ayam. Sedangkan Coto bahan utamanya adalah daging sapi dan jeroan sapi (isi perut) seperti has dalam, hati, limpa, jantung, babat, dll yang direbus dalam waktu yang lama.

3.Bumbu rempah-rempahnya

Untuk soto bumbu yang digunakan biasanya antara lain : bawang putih, bawang merah, lengkuas, jahe, kunyit, dan merica. Soto bisa dibagi menjadi 3 macam, yaitu kuah bening, kuah kuning, dan kuah santan. Kuah kuning biasanya mendapatkannya dari campuran kunyit, seperti Soto Lamongan dan beberapa wilayah Jawa Timur lainnya. Sedangkan kuah bening bisa kita jumpai di Jogja, Bandung, Semarang dan beberapa wilayah Jawa Tengah lainnya. Untuk soto kuah santan antara lain, Soto Betawi dan Medan.

Cita rasa Coto Makassar disempurnakan oleh adanya perpaduan tradisi makanan Cina yang memang sudah hadir pada abad ke 16. Pemakaian bumbu ramuan kuno Cina yakni sambal Tao-co dipadu dengan 40 macam ramuan rempah lokal (Rampah Patang Pulo) diantaranya : bawang putih, bawang merah, ketumbar, jintan, merica, pala, sereh, lengkuas, keluwak dan yang membuatnya semakin khas adalah kacang tanah yang telah disangrai dan dihaluskan. Ramuan rempah-rempah 100% alami, berfungsi sebagai penawar zat kolesterol yang terdapat dalam hati, babat, jantung, limpah dll.

4.Bahan pelengkapnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun