Siapa yang tidak tahu Bakpia? Berbentuk bulat yang terbuat dari kacang hijau dicampur dengan gula dan dibungkus tepung yang kemudian dipanggang. Kudapan ini berasal dari China, yaitu Tou Luk Pia yang berarti kue pia kacang hijau. Akan tetapi di Indonesia ada yang menyebutkan Bakpia yang berarti kue pia daging, biasanya daging babi.
Pada tahun 1948, Kwik Sun Kwok mulai mencetuskan ide untuk mengganti bakpia yang berisi daging babi dengan kacang hijau. Hal ini ia lakukan karena mayoritas orang Yogyakarta beragama muslim sehingga haram jika makan bakpia tersebut. Kemudian variasi rasa dari isi bakpia menjadi bermacam-macam, seperti coklat. keju, dan sebagainya. Cara memasaknya pun tidak lagi menggunakan minyak babi, melainkan dengan dipanggang menggunakan arang.
Waktu itu masih diperdagangkan secara eceran dan dikemas dalam besek tanpa label, peminatnya pun masih sangat terbatas. Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan.
Biasanya Bakpia pasti belakangnya ditambahkan kata Patok (Pathuk), mengapa demikian? Pada saat Bakpia dibuat di kota Yogyakarta, Bakpia dibuat di Kampung Pathuk sehingga Bakpia dan Pathuk tidak dapat terpisahkan. Jika diperhatikan dari packaging Bakpia, biasanya terdapat nomor-nomor yang berbeda. Nomor tersebut adalah nomor rumah dari si pembuat. Pada akhirnya Bakpia dikenal dengan kudapan khas Yogyakarta.
Apakah Wakulovers sudah tahu tentang Bakpia ini? Sangat unik ya dengan ditambahkan nomor di kemasan Bakpia. Bagi Wakulovers yang suka dengan kue pia bulat ini, kamu bisa kok memanfaatkan Aplikasi Wakuliner di fitur Kuliner Nusantara. Pesan langsung Bakpia dengan varian rasa favorit kamu di Wakuliner via mobile app kami atau mengunjungi laman kami di wakuliner.com/kulinernusantara.