Mohon tunggu...
Wakhidatus Sofiana
Wakhidatus Sofiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Wakhidatus Sofiana

Wakhidatus Sofiana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Moral Kaum Belia Memicu Pelanggaran Hak Asasi Manusia

23 Juni 2021   22:02 Diperbarui: 27 Juni 2021   21:20 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H.; Wakhidatus Sofiana

Dosen FH UNISSULA; Mahasiswa Sastra Inggris, FBIK UNISSULA

Krisis moral yang diidap para cikal bangsa cukup mengkhawatirkan. Memang tak semuanya bermuara pada tindak kekerasan berupa asusila, tapi seringnya dilakukan mereka secara verbal dengan dalih bercanda. Cekcok tak berbobot seperti ini sering ditemui dalam dunia per K-Pop-an.


Letak geografis bangsa Indonesia mengkultuskan wilayah ini menjadi negara plural. Jati diri bangsa yang beragam memang telah tercipta karena kehendak Tuhan. Tak hanya negara saja yang memiliki keberagaman karakter. Tiap diri manusia yang lahir di dunia saja, tidak ada satu pun yang memiliki sifat bawaan lahir yang sama persis. Perbedaan karakter inilah yang mendasari adanya perbedaan selera yang disukai antar manusia. Salah satunya adalah selera musik.


Menyukai salah satu genre musik bukanlah kesalahan, apalagi dikaitkan dengan dosa yang menyeret-nyeret agama juga. Seseorang menyukai jenis musik tertentu karena mungkin, lewat genre musik tersebut, dirinya dapat mengekspresikan diri kepada orang lain dengan lebih baik. Ragam manfaat musik favorit juga menjadi salah satu objek observasi menarik bagi para ilmuan. Musik dapat dijadikan sebagai terapi psikis sederhana yang dapat dengan mudah dilakukan seseorang ketika mengeluhkan kondisi mentalnya yang kurang baik.


Setidaknya ada sekitar enam jenis musik yang berhasil diidentifikasi ahli sejak dulu hingga sekarang. Salah satu genre musik yang saat ini marak digemari adalah musik yang berasal dari negara ginseng, Korea Selatan. K-Pop, sebutan musik genre ini mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 2009. Kepopuleran musik ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah, visual penyanyi yang disuguhkan sedikit banyak memukau para penonton.


Hallyu wave, atau gelombang Korea semakin meningkat di wilayah Indonesia setiap tahun. Apalagi di situasi pandemi seperti ini. Riset menunjukkan bahwa ada peningkatan sekitar 15% masyarakat Indonesia yang menyukai K-Pop.

Beberpa boygroup terkenal asal Korea ini menjadi primadona baru dikalangan muda mudi Indonesia. Biasanya, seseorang yang menyukai suatu grup tertentu akan otomatis tergabung dalam sebuah fans club (fandom). 

Di dalam fandom ini juga, mereka tidak hanya akan bertemu dengan orang-orang dari Indonesia saja, melainkan fans manca negara pun juga akan dengan mudah mereka dapatkan.

Sayangnya, perbedaan fandom yang diikuti muda mudi Indonesia sering memicu bentrok antar sesama bangsa hanya karena hal sepele. Salah satu media sosial terkenal, seperti menjadi medan pertempuran untuk mereka yang memiliki perbedaan fandom.

Perdebatan tidak bermutu ini memang mudah tersulut, apalagi gladiatornya adalah anak-anak labil usia remaja yang masih haus pengakuan. Hujatan-hujatan kasar mereka tuliskan di akun samaran milik mereka, guna menjatuhkan suatu fandom idol yang tidak sesuai dengan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun