Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H.; Wakhidatus Sofiana
Dosen FH UNISSULA; Mahasiswa Sastra Inggris, FBIK UNISSULA
Krisis moral yang diidap para cikal bangsa cukup mengkhawatirkan. Memang tak semuanya bermuara pada tindak kekerasan berupa asusila, tapi seringnya dilakukan mereka secara verbal dengan dalih bercanda. Cekcok tak berbobot seperti ini sering ditemui dalam dunia per K-Pop-an.
Letak geografis bangsa Indonesia mengkultuskan wilayah ini menjadi negara plural. Jati diri bangsa yang beragam memang telah tercipta karena kehendak Tuhan. Tak hanya negara saja yang memiliki keberagaman karakter. Tiap diri manusia yang lahir di dunia saja, tidak ada satu pun yang memiliki sifat bawaan lahir yang sama persis. Perbedaan karakter inilah yang mendasari adanya perbedaan selera yang disukai antar manusia. Salah satunya adalah selera musik.
Menyukai salah satu genre musik bukanlah kesalahan, apalagi dikaitkan dengan dosa yang menyeret-nyeret agama juga. Seseorang menyukai jenis musik tertentu karena mungkin, lewat genre musik tersebut, dirinya dapat mengekspresikan diri kepada orang lain dengan lebih baik. Ragam manfaat musik favorit juga menjadi salah satu objek observasi menarik bagi para ilmuan. Musik dapat dijadikan sebagai terapi psikis sederhana yang dapat dengan mudah dilakukan seseorang ketika mengeluhkan kondisi mentalnya yang kurang baik.
Setidaknya ada sekitar enam jenis musik yang berhasil diidentifikasi ahli sejak dulu hingga sekarang. Salah satu genre musik yang saat ini marak digemari adalah musik yang berasal dari negara ginseng, Korea Selatan. K-Pop, sebutan musik genre ini mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 2009. Kepopuleran musik ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah, visual penyanyi yang disuguhkan sedikit banyak memukau para penonton.
Hallyu wave, atau gelombang Korea semakin meningkat di wilayah Indonesia setiap tahun. Apalagi di situasi pandemi seperti ini. Riset menunjukkan bahwa ada peningkatan sekitar 15% masyarakat Indonesia yang menyukai K-Pop.
Beberpa boygroup terkenal asal Korea ini menjadi primadona baru dikalangan muda mudi Indonesia. Biasanya, seseorang yang menyukai suatu grup tertentu akan otomatis tergabung dalam sebuah fans club (fandom).Â
Di dalam fandom ini juga, mereka tidak hanya akan bertemu dengan orang-orang dari Indonesia saja, melainkan fans manca negara pun juga akan dengan mudah mereka dapatkan.
Sayangnya, perbedaan fandom yang diikuti muda mudi Indonesia sering memicu bentrok antar sesama bangsa hanya karena hal sepele. Salah satu media sosial terkenal, seperti menjadi medan pertempuran untuk mereka yang memiliki perbedaan fandom.
Perdebatan tidak bermutu ini memang mudah tersulut, apalagi gladiatornya adalah anak-anak labil usia remaja yang masih haus pengakuan. Hujatan-hujatan kasar mereka tuliskan di akun samaran milik mereka, guna menjatuhkan suatu fandom idol yang tidak sesuai dengan dirinya.