Dalam beberapa hari ini, public Indonesia dikagetkan peristwa kecelakaan tersangka E-KTP, Setya Novanto di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan. Apalagi kabar ini muncul setelah sebelumnya pria yang dipanggil "papa" oleh publik tanah air ini sempat menghilang dari aksi penangkapan sejumlah petugas KPK di rumahnya dan kemudian tiba-tiba "suaranya" tampil dalam siaran live Metro TV.
Adalah pengacaranya Fredrich Yunadi yang mengatakan bahwa kliennya mengalami kecelakaan dan terpaksa dirawat di ruang VIP RS Medika sebelum akhirnya dipindahkan ke RSCM. Sang pengacara mengatakan menurut keterangan tim medis kondisi Ketua DPR RI ini kemungkinan mengalami "gegar otak" akibat kepalanya mengalami benturan dalam tabrakan dan benjol sebesar bakpao.
Banyak nitizen dan pengamat yang kemudian mengolok-olok statmen bahwa Novanto mengalami benjol sebesar bakpao ini. Tapi biarlah tragedy bakpao ini tetap menjadi sebuah lelucon para nitizen seperti juga lelucon mengenai tiang listrik yang dianggap bersalah dalam kejadian tabrakan mobil yang ditumpangi ketua partai beringin ini.
Terlepas dari pro kontra soal "benjol sebesar bakpao" yang diderita orang nomor satu di DPR ini, saya lebih tertarik untuk membahas silsilah "bakpao" dalam dunia makanan khas dari daratan Tiongkok ini.
Kalau kita melihat terminology kata Bakpao atau roubao (dalam dialek pinyin atau mandarin) sebenarnya berasal dari dua kata bahasa Hokkian yakni Bak (ba) yang berarti daging  dan Pao yang berarti bungkus. Jadi sederhananya bakpao adalah daging yang dibungkus dengan adonan terigu yang mirip roti. Hanya saja kemudian bakpao tak melulu berisi daging karena akhirnya ada banyak modifikasi seperti bakpao berisi kacang merah, kacang hijau dan akhir-akhir ini dipadukan dengan coklat, keju dan sebagainya. Perbedaan roti dan bakpao mungkin hanya akan terlihat dari cara memasaknya, kalau roti dipanggang sementara bakpao cenderung dikukus.
Lalu bagaimana dengan sejarah atau silsilah Bakpao? Konon panganan khas ini diciptakan pada zaman Tiga Negara atau Sam Kok. Panganan ini diciptakan oleh  ahli strategi kepercayaan Lau Pi (Liu Bei) yang bernama Chukat Liang(Zhuge Liang) pada periode 181 -- 234 Masehi.
Saat itu Chukat Liang atau yang dikenal orang dengan julukan Khong Beng (Kung Ming) mendapat perintah untuk menaklukkan pemberontakan di selatan Tiongkok yakni suku 'Nanman' atau 'orang barbar dari selatan'. Raja di daerah selatan yang memberontak itu bernama Meng Huo.
Karena Khong Beng tahu bahwa dirinya tidak akan dapat menaklukkan bangsa itu sepenuhnya jika tidak merebut hatinya, maka meski dia sudah menaklukkan Meng Huo maka dia melepasnya lagi. Peristiwa tangkap lepas, tangkap lepas ini berlangsung sampai 7 kali dan pada kali ketujuh barulah Khong Beng bisa benar-benar menaklukkan hati musuhnya.
Setelah Meng Huo menakluk, barulah Chukat Liang hendak kembali ke negaranya. Tapi ketikadia hendak menyeberang sebuah sungai besar, pasukannya terhalang oleh gelombang besar dan badai yang ada di sungai itu. Maka dia pun bertanya kepada Meng Huo mengapa hal itu bisa terjadi.
Meng Huo pun berkata bahwa sejak zaman nenek moyang mereka, orang-orang di wilayahnya selalu melemparkan 50 kepala manusia sebagai persembahan kepada roh-roh di sungai itu jika hendak melintas.
Khing Beng tidak setuju dengan pengorbanan 50 orang demi untuk melintasi sungai itu, kemudian dia memerintahkan anak buahnya untuk membuat makanan dari daging sapi yang dibungkus dengan adonan tepung terigu. Adonan dan daging itu sengaja dibuat bulat menyerupai kepala manusia. Makanan itulah yang hingga sekarang disebut orang sebagai bakpao.
Begitulah kira-kiran sejarah dan silsilah nama makanan yang disebut-sebut sebesar benjolnya sang ketua legislator.()