Mohon tunggu...
Wahyu Fadhli
Wahyu Fadhli Mohon Tunggu... Penulis - Buku, pesta, dan cinta

tulisan lainnya di IG : @w_inisial

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gunung, Tempat Menguji Kepribadian

13 Februari 2018   20:40 Diperbarui: 13 Februari 2018   20:46 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Hari ke-2 tanggal 17 Agustus 2016, pukul 07.00 kami sudah siap memulai perjalanan menuju pos berikutnya. Kondisi tim terlihat baik setelah beristirahat semalam dan kami mulai berjalan dengan bacaan doa yang seirama. Dikawal oleh sejuk pegunungan pagi hari, dan siulan burung yang bermain-main diatas sana. Wilayah hutan yang kami lalui mulai berubah dengan kumpulan pohon cemara yang menjulang. Tak berapa lama berselang, kami melalui jalur yang kanan kirinya dipenuhi dengan lubang-lubang yang mengeluarkan uap panas dari dalam bumi. Terasa segar ketika menyentuh peluh yang sudah keluar. Satu jam setengah berlalu, dan kami sampai pada sebuah lembah yang terhampar luas. Lembah diantara dua puncak Kembar I dan Kembar II. 

Bagi para pendaki, lembah ini bernama Lengkean atau Selangkangan. Sebuah nama yang unik memang, namun itulah kenyataannya, dan silahkan fikirkan sendiri kenapa dinamakan seperti itu. Pos Lengkean, kami gunakan sebagai Basecamp kami, sehingga tenda dan dan barang-barang ditinggal disini untuk selanjutnya, melanjutkan perjalanan Summit Atack. Setelah beristirahat lumayan lama dan mendirikan tenda, pukul 10.00 kami beranjak meninggalkan Lengkean untuk menuju puncak Ogal-Agil. Perjalanan akan kami tempuh selama kurang lebih 4-5 jam. Langkah awal kami ditemani oleh matahari yang berada sejajar dengan ubun-ubun. Melawan terik dan haus, akhirnya kami sampai di Pos Kidang Mati. Sebuah hamparan rumput yang tidak terlalu luas dan terlihat seperti bekas kawah. Kidang Mati merupakan alternatif pilihan untuk dijadikan Basecamp oleh beberapa pendaki, karena jaraknya yang sudah dekat dengan Puncak Ogal-Agil. 

Disini kami menemukan dua orang pendaki lengkap dengan tendanya yang sedang makan siang. Berbagi cerita dan guyonan sejenak, kami pun melanjutkan Summit Attack. Setelah Pos Kidang Mati, trek yang kami lalui sangat menguji mental dan fisik. Keseluruhannya menanjak dengan kemingiran sekitar 45 derajat. Pada Jalur ini kawanku yang terkilir pada pendakian hari pertama kemarin, tiba-tiba menjerit karena merasa sakit dikakinya yang semakin menjadi. Dalam kondisi yang sama lelahnya, yang mental sudah hampir terkuras habis, kami harus pandai berhemat emosi, kami harus saling menjaga, dan kami harus berhenti sejenak. Untuk memberi jeda waktu instirahat dan mengisi perut dengan beberapa potong roti. 15 menit kami beristirahat dan kemudian mendung dengan membawa kabut menyapa kami, terik matahari sudah terhalangi. 

Dengan datangnya angin yang menyusul, kami lanjutkan perjalanan, hingga sampai pada batas vegetasi hutan. Tumbuhan mulai jarang terlihat, dan trek sudah mulai berbatu. Disana, disebuah cekungan, kami disambut oleh gerimis dan iringan petir menggelegar beserta lampu kilatnya. Rombongan kami sempat terpisah menjadi dua, tanpa mengambil resiko saya meminta seorang kawan untuk memanggil rombongan yang ada didepan. Untungnya, mereka yang ada didepan belum terlalu jauh dan segera bisa kembali untuk berkumpul dengan rombongan yang ada dibelakang. 

Bersama-sama kami duduk, dan menengadah dengan kilat yang sudah telihat diujung mata kami. Saat seperti itu tidak ada yang bisa menolong manusia-manusia seperti kami, kecuali Sang Pemilik Alam Raya. Hampir satu jam kami berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, sampai akhirnya badai tersebut berhenti namun masih menyisakan gumpalan kabut pekat yang menyelimuti.

Kami melanjutkan perjalanan, dengan sisa-sisa mental dan tenaga pada tubuh kami, dan sampailah kami pada sebuah hamparan tanah lapang yang dipenuhi dengan beberapa prasasti para pendaki yang meninggal saat mendaki Gunung ini. Seluruh manusia merupakah makhluk yang membutuhkan bantuan dalam bentuk apapun. Maka dari itu, kami berhenti sejenak disini kemudian menengadah kepada Tuhan, semoga orang-orang yang menghela nafas terakhirnya disini, bisa hidup dengan tenang di kehidupan yang lain. Selesai berdoa, sejenak kami melihat kelangit yang masih dipenuhi oleh awan mendung. 

Saat itu, beberapa dari kami sudah tidak bisa menghimpun mental lagi, sampai akhirnya kami putuskan untuk menunggu sekita setengah jam. Apabila cuaca tetap seperti ini, kami akan mengalah pada ego kami, yaitu kami akan kembali turun menuju Lengkean. Selang 15 belas menit menunggu, akhirnya cuaca berubah. Mendung sudah terbelah, dan sinar matahari sore telah muncul. 

Tanpa menunggu lagi, kami bergegas melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi menuju Puncak Ogal-Agil. Pada pukul 15.00, ditemani mentari senja di HUT Indonesia, kami berhasil mencium, bersujud, diatas salah satu atap tanah Indonesia. Kami merasa, kami adalah salah satu orag yang beruntung, karena berjalan beringingan dengan maut dan diselamatkan oleh Sang Pencipta maut itu sendiri.

Dan itulah cerita saya yang kemudian merenungi sebuah perjalanan yang dirasa teramat panjang. Dengan melupakan ego tapi tidak melupakan orang lain. Bersama iringan kematian yang selalu menemani perjalanan saya. Salah satu cerita diantara banyak pendakian saya di Indonesia yang mungkin bisa menjadi sebuah gambaran, bahwa naik gunung bukan soal ambil foto narsis kemudian eksis di sosmed. 

Pendakian Gunung adalah soal kita bisa menjadi manusia seutuhnya, kemudian menjadi manusia yang mengenal Tuhannya. Gunung bukan sekedar tempat melepas stress. Gunung adalah tempat untuk menguji mental dan kepribadian seseorang. Dalam keadaan yang jauh dari segala fasilitas, apakah orang itu akan menjadi seorang yang selfis atau orang yang mau memikirkan orang lain.

Selasa, 13 Februari 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun