Mohon tunggu...
Wahyu Supriantono
Wahyu Supriantono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Teknologi Informasi dan Pemerhati Masalah Sosial

Praktisi Teknologi Informasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revolusi Corona

7 April 2020   08:13 Diperbarui: 7 April 2020   08:30 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

17 November 2019, seorang pria berusia 55 tahun, penduduk provinsi Hubei -- China, diindikasikan terinfeksi virus misterius (saat itu masih belum muncul nama Corona). Dalam hitungan hari virus misterius ini dengan cepat meng-infeksi banyak orang.

15 Desember 2019 tercatat 27 orang terinfeksi, selang lima hari menjadi 60 orang terinfeksi.

16 Desember 2019, Dr. Ai Fen dalam sebuah wawancaranya menyebutkan bahwa warga Hubei tersebut telah terinfeksi Virus Corona.

20 Desember 2019 jumlah pasien melonjak menjadi 60 orang, tujuh hari kemudian menjadi 180 orang.

Per 1 April 2020, 201 negara telah terkontaminasi virus ini dengan jumlah kasus sebanyak 854.608 (0.01 % dari total penduduk dunia).  

Hanya dalam hitungan 4 (empat) bulan, telah terjadi sebuah perubahan peradaban umat manusia yang luar biasa di abad 22 ini. Sebuah revolusi peradaban besar-besaran telah diciptakan oleh suatu gen / cell berukuran micron yang disebut Corona atau Covid-19 (Corona Virus Disease 2019)

Mahluk Sosial Itu Bernama Manusia

Kita sama-sama tahu bahwa dunia modern ini menjadikan manusia menjadi egois seolah anti-sosial, individualistik, masa bodo, cuek. Corona membuat manusia me-manusiakan manusia lainnya. Gotong royong, saling tolong, saling mengingatkan, saling melindungi, saling memberikan dan semua hal-hal yang baik yang ada dalam diri manusia bermunculan dimana-mana.

Terbiasa hidup sehari-hari nyaman dengan air condition, sejak bangun tidur hingga kembali tidur, kita selalu nyaman dibuatnya. Corona membalikkan itu semua, manusia seolah berebut sinar matahari. Panas dan berkeringat justru itu yang dicari dan diharapkan.

Manusia sangat rakus dalam hal makanan. Apapun dimakan dengan dalih menambah kekuatan, kesehatan, kejantanan dan ada pula yang sekedar sensasi. Corona membuat manusia berubah total. Manusia saat ini memilih makanan yang sesuai dengan sunnahtullah.

Saking sibuknya seolah dikejar waktu, manusia jarang mandi. Cukup membersihkan badan ala kadarnya ditambah wewangian parfume / deodorant, dipoles dengan kosmetik. Kertas dibuatnya menjadi alat serba guna untuk menyeka (me-lap), dari mulai setelah buang air besar hingga menyeka keringat. Corona mengembalikan syarat-syarat dasar kebersihan diri manusia. Mandi, cuci tangan, wudlu menjadi hal yang rutin dilakukan manusia saat ini dimanapun dan kapanpun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun