Mohon tunggu...
Wahyu Setiabudi
Wahyu Setiabudi Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

University of Lampung

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Persoalan yang Tak Terlihat di Tengah Pandemic

22 April 2020   02:48 Diperbarui: 22 April 2020   02:51 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia termasuk negara yang sedang mengalami kondisi yang dapat terbilang buruk akibat adanya Pandemic Covid-19, beberapa persoalan baru muncul di berbagai sektor seperti Kesehatan, Ekonomi, pendidikan, dan kondisi social di masyarakat akibat adanya pandemic ini, mulai dari problem mengenai beban ganda perempuan yang bekerja dan sudah berkeluarga sampai beban PHK tenaga kerja yang mungkin mereka adalah tulang punggung keluarga juga masih belum tertangani secara efektif oleh pemerintah.

Mesti kita ketahui bahwa persoalan dampak social/physical distancing yang mempengaruhi perekonomi keluarga bagi seorang ibu (perempuan) bukan hanya persoalan bertahan hidup tetapi juga menjadi persoalan mengenai gizi dan tumbuh kembang si anak/balita karna ada kekhawatiran berkurangnya gizi, protein dan kalsium bagi si anak karna tekanan ekonomi yang mengharuskan si ibu mengurangi bahan makanan dari biasanya

Dapat kita banyangkan berapa banyak saat ini anak/balita yang akan kekurangan gizi, protein, dan kalsium untuk tumbuh kembangnya yang potensial mengalami stunting dan mempengaruhi pertumbuhan tingkat kecerdasan intelektual yang berdampak pada IQ nasional negara kita di kemudian hari, dengan kata lain IQ nasional akan tergrogoti oleh anak yang kekurangan gizi, protein, dan kalsium karna kegagalan pemerintah dalam melihat persoalan-persoalan ini.

Persoalan-persoalan ini hanya dapat dilihat menggunakan prespektif etika kepedulian (Ethic of Care) karna dalam prespektif ini pengalaman ketubuhan menjadi dasar pengetahuan, etich of care selalu pergi pada kondisi lokal  (Local Situation), jadi etich of care memihak pada keadaan local dan bukan pada doktrin universal, karna etich of care mulai dari problem injustice, problem ini yang kemudian menghasilkan prinsip.

Kebijakan yang di keluarkan pemerintah di tengah pandemic sampai saat ini belum dapat melihat problem-problem semacam ini dikarnakan seringkali kebijakan public tidak didasari dengan prespektif teori yang kritis, praktek-praktek pendekatan keadilan Utilitarianisme yang di ucapkan Jeremy Bentham masih di pergunakan sebagai dasar pembuatan kebijakan public, padahal konsep itu cacat di dalam apresiasi terhadap perbedaan konsumsi fisik/psikis dari masyarakat, karna Utilitarian menganggap bahwa semua manusia setara dalam kebutuhannya, sehingga dalil filosofisnya keadilan dapat dikatakan adil apabila produk kebijakan dapat memuaskan sebagian besar (mayoritas) masyarakat, maka dari itu terkenal prinsip “the Greatest happiness for the greatest number”,

Kaum feminis yang mengupload ethic of care sebagai upaya dalam mengkritik universalitas dari teori keadilan yang basisnya hak (virtue) bukan hanya bertujuan untuk menciptakan equality tetapi dimaksudkan untuk terjadinya perubahan logika dalam pembuatan kebijakan. Cara berfikir dari prespektif etika kepedulian seperti ini yang kiranya dapat menjadi alternative bagi pemerintah sebagai dasar pembuatan kebijakan agar dapat melihat persoalan-persoalan semacam ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun