Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ente Kadang-Kadang...

6 September 2022   07:15 Diperbarui: 6 September 2022   07:24 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bahasa agama mengatakan bahwa dunia ini hanya tempat bermain. Coba lihat anak-anak TK dan sejenisnya, hidup mereka hanya berkutat-kutat dalam permainan perosotan, ayunan, ataupun hapalan angka dan ritme kata yang bermakna baik. 

Dunia adalah demikian, penuh dengan permainan dan tipu daya. Jika benar menjalani dunia, tentu saja kebenaran akan berbuah manis di ujung jalan. Sementara sebaliknya, jika berkhianat dengan pemilik dunia, akan ada balasan yang setimpal, yang entah bagaimana balasan itu akan diterima. Yang jelas, khianat dan penyimpangan dunia, adalah kedurjanaan, dan yang durjana akan tersiksa pada akhirnya.

Begitu pula kami mahasiswa yang aktif berdiskusi tentang urgensi dunia dengan segala hal yang menakjubkan. Tugas dari dosen, target lulus tepat waktu, dan semua ambisi yang melekat pada status mahasiswa itu sendiri.

 Sebab hal itu, kami pun berlomba, bertanding, hidup dan mati untuk memperoleh dunia. Ingin cepat lulus, mendapat nilai terbaik, apapun caranya, bahkan harus rela mengorbankan harga diri hanya untuk tanda tangan persetujuan.

Atau disisi lain, dalam dunia kerja, bahkan harus menjilat yang atas, menginjak yang bawah, menyikut kiri dan kanan, hanya untuk memperoleh posisi yang baik, gaji yang layak, serta segala ambisi dunia yang penuh tipu daya. Semua itu banyak dipraktekkan di tempat kerja orang-orang dewasa.

Semua hal-hal dunia, membawa pada kehancuran. Apapun yang bersifat dunia pasti hancur. Begitu pula jika hati terisi dengan dunia, ia akan hancur dengan sendirinya. 

Dunia itu busuk, akan binasa pada waktunya. Yang kekal itu adalah iman, ia hidup dalam berbagai dimensi, menembus ruang dan waktu, bahkan antar alam kehidupan.

Jika seseorang berorientasi hanya pada dunia, maka sungguh ia mendapatkan suatu hal yang rugi. Dunia itu akan berakhir, dan segala yang ada di dunia juga turut berakhir pula. Kesenangan, kemewahan, ketinggian derajat manusia, dan segala hal yang membuat hati berbangga diri, akan sirna dimakan waktu.

Jadi, tidak bolehkah hidup senang di dunia?

Boleh saja.

Tetapi bukan itu tujuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun