Mohon tunggu...
Dayu Komang Wahyu Pradnyan
Dayu Komang Wahyu Pradnyan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Hi, saya Wahyu Pradnyan, salah satu mahasiswa ilmu komunikasi semester 4 Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Disini saya mulai menulis, bukan hanya untuk menunjang mata kuliah, maupun tugas namun juga untuk meningkatkan minat dan bakat saya. Terimakasih sudah berkunjung.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menu Sarapan Pagi Ini, Selfie

5 Desember 2020   12:08 Diperbarui: 5 Desember 2020   12:31 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   Jika membahas mengenai selfie, maka akan ada banyak hal yang akan terlintas dipikiran kita, mengingat sebagian besar masyarakat sudah tak  asing lagi dengan satu kata ini, selfie. Berbagai macam definisi selfie bertebaran di internet, mulai dari blog,website dan sumber-sumber lainnya. Menurut Wikipedia selfie berasal dari bahasa Inggris yaitu selfcamera yang artinya swafoto.

Swafoto sendiri memiliki arti jenis foto yang diambil dengan cara potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital maupun ponsel. Tidak ada yang aneh memang dengan aktivitas yang dinamakan selfie ini, tidak aneh jika jumlahnya masih berskala satuan sampai puluhan perhari. Sudah pasti hasil-hasil foto selfie ini diunggah ke masing-masing media sosial pengguna internet, dan perlu kita ketahui bahwa pengguna internet saat ini sangat boombastis dengan angka yang lumayan mencengangkan.

Berdasarkan data dari lembaga riset e-Marketer populasi pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 112 juta orang, posisi ini mengalahkan Jepang. Dan jika kita bandingkan antara pengguna internet dengan jumlah post foto selfie perhari maka sudah bisa kita bayangkan seberapa banyak jumlah foto selfie yang terupload di jejaring internet.

Dilansir Liputan6.com menurut perkiraan statistic Google, selama 2014 setidaknya terdapat 93 juta selfie perhari yang terupload di jejaring internet. Hal ini membuktikan bagaimana tren selfie sudah sangat menggila diabad 21 saat ini. Tidak ada masalah mengenai budaya selfie ini, karena hal ini merupakan fenomena yang umum dan biasa di kalangan masyarakat.

Fotografi memiliki berbagai macam manfaat baik sebagai dokumentasi, media untuk mengenang dan menyimpan memori, hingga sampai ke ranah estetika, begitupula selfie yang termasuk dalam kajian fotografi, selfie memiliki manfaat yang sama dengan foto-foto lainnya, Namun hal ini berlanjut hingga bagaimana potret gaya masyarakat media maya mengalih fungsikan selfie ini sebagai ajang pamer, dan narsisme.

Bagaimana budaya selfie bisa dikaitkan dengan ajang pamer dan narsisme? Apa salahnya berfoto dengan diri sendiri?

Juga tidak selamanya selfie itu bersifat narsis, ada beberapa orang memang memiliki dasar sifat narsis, bukan berarti orang selfie semuanya narsis. Tapi melihat bagaimana prilaku masyarakat saat ini, semakin meyakinkan bahwa selfie saat ini hanya digunakan sebagai ajang pamer dan pencitraan semata.

Sebagai pengguna media sosial, saya sudah menjelajah seluk beluk isi aplikasi-aplikasi yang digunakan orang-orang untuk berfoto selfie, dan dari aplikasi ini saja saya sudah mengetahui bahwa filter foto seseorang mencerminkan kepribadian orang tersebut. Beragam jenis filter tersedia di berbagai jenis alikasi foto, mulai dari pewarnaan, pencahayaan hingga penirus dan pemancung hidung tersedia di satu aplikasi foto.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan penggunaan filter ini, namun ada beberapa hal yang bisa dirasakan dampaknya dari pengkonsumsian filter secara berlebihan.

Hal pertama yaitu penipuan publik, tidak ada yang salah memang ketika kita mencoba hal baru apalagi hal yang membuat kita semakin indah, namun dalam beberapa kasus, pengkonsumsian filter secara berlebihan ini bisa membuat seseorang merasa tertipu.

Sudah terdapat banyak postingan di sosial media mengenai betapa kesalnya beberapa pengguna sosial media dengan fenomena cantik atau ganteng hanya di foto saja, tidak sedikit dari orang yang merasa tertipu itu meluapkan kekesalannya di media sosial dengan berbagai macam kata sindiran dan sarkasme, bahkan ada yang secara nyata menyamtumkan foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun