Mohon tunggu...
Wahyuni Rahmawati
Wahyuni Rahmawati Mohon Tunggu... Relawan - Manusia Biasa

Down to earth!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbeda Itu Biasa Saja

13 November 2019   09:59 Diperbarui: 13 November 2019   10:08 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wahyuni Rahmawati - Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Unisnu Jepara.

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak pulau. Hal ini tentunya membuat masyarakatnya memiliki keragaman dan perbedaan pada banyak hal. Baik dari segi suku, bangsa, agama dan budaya. Namun sebagai negara kesatuan, keragaman itu tentunya menjadi hal yang sangat lumrah. Dan tidak menjadikan alasan untuk terpecah-belah. Seperti yang terkandung dalam semboyan bangsa kita yaitu "Bhineka Tunggal Ika" yang artinya walaupun berbeda-beda tapi tetap satu jua. Tapi itu tidak menjamin Indonesia bebas dari kasus intoleransi. 

Pada kenyataannya, intoleransi terhadap perbedaan di negeri ini masih cenderung tinggi. Banyak saudara kita yang saling menghujat, menebarkan pelintiran kebencian, bahkan perang menumpahkan darah hanya karena berbeda dengan kelompok mereka. Padahal semestinya kita semua tahu bahwa, berbeda itu biasa saja. Kalau kita sama, lantas untuk apa kita bersatu?

Bukankah tuhan juga menciptakan manusia berbeda-beda? Sesuai dengan firman Allah dalam Surat Ar-Rum ayat 22 yang berbunyi "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi, dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui". 

Di Indonesia sendiri, persoalan toleransi menjadi berat karena masyih banyaknya masyarakat kita yang belum mendapatkan pendidikan yang layak, pelayanan kesahatan yang memadai juga belum merata, serta kondisi sosial ekonomi yang cenderung menengah ke bawah. Maka upaya untuk mengkampanyekan gerakan anti intoleransi menjadi berat.

Dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang tidak melek huruf, kurangnya literasi, dan kesempatan belajar yang nyaris hilang.  Lemahnya literasi masyarakat kita ini menyebabkan kasus intoleransi semakin marak terjadi. Belum lagi informasi-informasi hoaks yang dapat memecah-belah kesatuan NKRI diterima dan disebarkan masyarakat tanpa adanya klarifikasi atau tabayyun terlebih dahulu. 

Sikap intoleransi ada pada setiap kelompok dan agama. Bagi sebagian orang dengan kepercayaan yang berbeda, agama justru menjadi penghalang perdamaian. Seperti yang dikatakan oleh Alberto Gomes, direktur dari DEEP Network. Hal senada juga disampaikan oleh Samuel Huntington dalam esainya yang diberi judul Clash of Civilizations? Menyebutkan bahwa di masa depan konflik akan banyak disebabkan oleh perbedaan agama dan budaya. 

Pada masa dimana kita serba dimanjakan oleh teknologi ini, semestinya kita bisa memanfaatkannya untuk kampanye memerangi intoleransi, baik itu melalui media mainstream ataupun platform sosial media yang ada. Menunjukkan bahwa Indonesia memesona itu karena kita yang berbeda-beda tapi tetap bersatu. Dan tidak semua perbedaan itu sumber perpecahan. 

Orang yang masih belum bisa bersikap toleran adalah orang yang lebay dengan jiwa yanng lemah. Melihat perbedaan saja tidak bisa, bagaimana mau melihat dunia? Magnet saja kalau tidak berbeda tak mai bersatu. Betul??? 

Sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa, BERBEDA ITU BIASA SAJA. Yuk bersama-sama berjuang melawan intoleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun