Mohon tunggu...
Wahyu Mukhtar Asafurla
Wahyu Mukhtar Asafurla Mohon Tunggu... Penulis - Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk

Muslim, Cendikia, Pemimpin

Selanjutnya

Tutup

Diary

Anak Desa dan Revolusi

7 Mei 2021   20:28 Diperbarui: 7 Mei 2021   20:33 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku akan selalu mangamati kehidupan manusia, dari Sabang sampai meraoke.

Kepergian kakek saya mengalami duka yang paling dalam, 1 bulan lama nya saya masih terpuruk dengan kepergian kakek, mengingat kembali momen saya bersama kakek.

Membaca koran, bercerita, memancing, berenang, bertani, hingga saya diajak ke Kota "Palembang".saya selalu diajarkan untuk selalu taad kepada perintah Allah dan rasullah serta patuh kepada orang tua, sedari kecil sudah diajarkan.

Berjalannya waktu saya menyadari harus memulai kehidupan tanpa kakek, kepulangan kakek menyadari saya bahwa kehidupan didunia hanyalah sementara waktu, oleh karena itu terus memberikan kebermanfaat untuk ummat manusia.

Tiada hari yang spesial bagi saya, semua hari itu sama, memintak maaf dan berkumpul tanpa harus lebaran, namun tidak lebaran pun bisa, hanya saja lebaran adalah momen.

Kepulangan kakek membuat kerabat jauh jarang pulang, dan di rumah hanya tersisa orang tua dan adik-adik. Jujur aku merindukan momen berkumpul dengan seluruh keluarga, aku Rindu hal itu.

Aku hanya ingin menghirup secangkir teh bersama kakek dan seluruh keluarga, aku ingin makan bersama, ahh sudahlah biarkan kita sendiri menciptakan kebahagiaan.

Cerita kakek adalah hal yang selalu membuat ku membara dalam ingin berkenala menjelajahi Nusantara dan dunia.

Aku penasaran dengan Amerika, ada apa di Amerika yang membuat nama nya terkenal di penjuru dunia, aku penasaran di cina? Ada apa di cina, aku penasaran dengan Jepang?, ada di Jepang. Aku ingin menjelajahi nusantara dan dunia.

Berawal dari sebuah kesadaran kecil bahwa kehidupan yang sudah terlewati tidak akan pernah kembali, hingga jiwa akan selalu bergerak semaksimal keinginan raga memahami.

Waktu kecil Aku melihat, memperhatikan banyak sekali kawan-kawan yang tidak bisa sekolah, bukan karna tidak mau. Namun terhalang ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun