Mohon tunggu...
Wahyu Langgeng Prastiyo
Wahyu Langgeng Prastiyo Mohon Tunggu... Guru - Belajar, Mengajar, Romanista, Penikmat Film

Tenaga Pendidik di SMA N 1 Kota Mungkid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan dan Pengajaran

15 Oktober 2021   20:25 Diperbarui: 15 Oktober 2021   20:35 19041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan  (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

KHD berkeyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut menegas bahwa pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.

Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan semboyan yang sangat menginspirasi dalam dunia pendidikan: Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat, kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan). Trilogi semboyan pendidikan tersebut hingga kini terus berusaha diejawantahkan dalam pengajaran dan pendidikan di Indonesia.

Secara teoretik pemikiran KHD telah relevan dengan konteks pendidikan Indonesia. Menilik Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, pemikiran KHD telah terserap dalam kerangka pemikiran titik keberhasilan pendidikan secara nasional. Permasalahannya, secara praktik pemikiran-pemikiran KHD tentang pendidikan dan pengajran belum mampu secara utuh dan konsisten hidup dalam masyarakat pendidikan nasional.

Alhasil, pendidikan hari ini belum memberikan tuntunan pencapaian kodrat diri anak dan kebahagiaan dalam proses belajar. Sekolah masih harus terus berbenah agar mampu menjadi wadah tumbuhnya kodrat diri para peserta didik secara optimal. Pendidik masih harus terus belajar agar tidak abai "menuntun" siswanya untuk mencapai kodrat diri dan terus mencoba menerapkan trilogi pendidikan pemikiran KHD di tengah tuntutan administrasi yang menggunung. Tuntutan ambang batas angka ketuntasan belajar harus dikaji kembali, karena sedikit banyak membuat peserta didik tertekan dalam proses belajar, jelas hal itu bukan menjadi sebuah keselamatan dan kebahagiaan dalam belajar.

Sebagai refleksi dalam kehidupan sehari-hari penulis sebagai pendidik, pemikiran KHD memang belum optimal diejawantahkan. Proses transfer ilmu berfaedah demi kecakapan peserta didik memang sudah senantiasa dilakukan secara lahir, namun proses transfer ilmu secara batin masih harus dipertanyakan. 

Kadang-kadang penulis masih menganggap bahwa menjadi guru hanyalah sekadar profesi sehingga menyisihkan proses menuntun dalam keseharian mendidiknya. Trilogi semboyan pendidikan KHD juga belum mampu penulis terapkan dengan maksimal dalam proses pengajaran di sekolah. Hal-hal inilah yang hingga kini terus penulis jadikan bahan renungan untuk terus belajar.

Dengan mempelajari modul 1.1 ini secara komprehensif, penulis berharap mendapatkan energi dan impak positif . Selain berharap mampu memahami pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara secara utuh menyeluruh hingga mampu menerapkannya untuk diri sendiri sebagai pendidik, penulis juga berharap agar mampu menuntun peserta didik untuk mencapai kodrat diri, bahagia dalam setiap pembelajaran, tanpa tekanan dalam belajar dan mampu menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat. 

Dalam pembelajaran modul 1.1, penulis berekspektasi adanya kegiatan diskusi secara mendalam terhadap menerapan pemikiran KHD dalam keseharian pengajaran di sekolah dan pembahasan metode pengajaran yang mampu menuntun anak mencapai dan menguatkan kodrat anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun