Mohon tunggu...
Wahyu Kuncoro
Wahyu Kuncoro Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Seorang suami dan ayah 1 anak, tinggal di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara di Loteng

13 Juni 2021   11:45 Diperbarui: 13 Juni 2021   11:49 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjelang tidur, Banyu harus melakukan beberapa kegiatan dengan ibunya. Puncaknya adalah ketika sudah berada di tempat tidur. Selama seminggu ini, dia minta ibunya membacakan cerita untuknya. Cukup satu buku cerita anak yang halamannya sekitar 24 lembar.


Minggu sebelumnya, ia meminta bapaknya bermain sulap-sulapan. Si bapak bergaya seperti tukang sulap dengan topi dan sarung yang dikalungkan di leher lalu menyembunyikan mainan di belakang punggung. Benda dijatuhkan dan kedua tangan kosong ditunjukkan ke Banyu. Itulah sulapan seperti yang dipikirkan bocah berusia 5 tahun itu.

Ada siklus yang harus diikuti bapaknya atau ibunya. Selama kurang lebih 2 minggu, kegiatan itu menjadi ritualnya sebelum tidur. Banyu akan meminta hal lain kalau ada hal baru menarik terjadi. Itu akan menggantikan ritualnya seminggi hingga 2 minggu berikutnya. Ritual kali ini dipicu dari kesukaannya dengan dinosaurus. Buku yang baru dibelikan olehnya tentang binatang purba itu akan menjadi teman ritualnya hari-hari ini.

Malam itu, saat beberapa halaman dibacakan ibunya, sebuah suara dari langit terdengar. Mulanya pelan, sehingga Banyu tidak terdistraksi. Suara-suara berikutnya semakin kuat dan dekat. Banyu mengalihkan perhatiannya dari halaman buku yang sedang dibacakan.

Wajahnya sangat ingin tahu. Sepertinya, ia ingin mengajak keluar untuk mencari tahu suara itu. Namun, sedikit rasa takutnya menghalangi niat itu. Banyu semakin memdekatkan diri kepada ibunya.

"Itu suara apa, Ibu?" tanya Banyu dengan dipenuhi rasa ingin tahu sekaligus cemas karena suara itu begitu ribut. Suara itu todak jauh dari rumahnya. Mungkin di atap rumah tetangga.
"Itu burung gagak," jawab ibunya.

Jawaban ibunya ragu-ragu. Ibunya bergulat dengan benar tidaknya jawaban itu. Yang segera dia ingat adalah bahwa gagak bukan burung malam. Di malam seperti itu, tak mungkin gagak beterbangan di sekitar rumahnya. Ibunya terusik lagi dengan suara itu, sementara Banyu nampak tegang mendengarnya.

"Ibu, itu suara apa?" tanya Banyu kedua kalinya.
"Ah, ibu tidak tahu pasti. Menurutmu?"
"Kelelawar!"

Ibu dan bocah itu terlibat diskusi kecil. Si anak memberi penjelasan atas jawabannya berdasar pengetahuannya tentang binatang yang pernah dia dengar dari bapaknya. Kelelawar adalah binatang nokturnal. Banyu cukup paham dengan istilah itu karena ibunya terbiasa mengajaknya berbicara menggunakan bahasa Inggris.

"Oh, benarkah itu kelelawar?"
"Iya, ibu. Dia habis ambil buah-buahan di pohon mangga di sana."

Banyu menunjuk sebuah tempat di ujung pertigaan jalan yang ditumbuhi 2 pohon mangga besar yang sedang berbuah. Si ibu yang baik akan mendengar setiap jawaban anaknya. Bahkan, untuk mengalihkan rasa cemas Banyu, ibunya terus menyelidik dengan beberapa pertanyaan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun