Mohon tunggu...
wahyu kiwidartik
wahyu kiwidartik Mohon Tunggu... Guru SD

Hobi membaca, berkebun, dan kuliner. Pencinta dan penggiat literasi di lingkungan sekolah. Konten dibuat untuk menyalurkan hobi mengolah kata dan bermain kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada War Takjil di Kampung Pancasila

6 Maret 2025   10:48 Diperbarui: 6 Maret 2025   12:21 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berburu Takjil (Sumber : dokumentasi Cahaya)

Kata "war" merupakan serapan dari bahasa asing yang berarti perang atau persaingan ketat. Sedangkan kata takjil sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu ta'jil yang mengandung arti menyegerakan. Jika digabung maka muncul istilah baru "War Takjil" yang merupakan sebuah ungkapan dimana menggambarkan keseruan warga lintas agama yang turut berburu takjil di pasar atau tempat-tempat tertentu meski tidak mengikut berpuasa.

Perumahan Taman Griya, Kelurahan Jimbaran-Bali merupakan kampung Pancasila. Kenapa demikian? Karna masyarakat yang tinggal dalam perumahan tersebut berasal dari beragam agama, suku, etnis, dan juga budaya tetapi mereka hidup damai, saling berdampingan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Seperti bulan-bulan Ramadhan sebelumnya, radius 4 km seperti kena sulap, tetapi bukan sihir. Di sepanjang kanan kiri jalan berjualan para pedagang dadakan yang menjual aneka macam takjil, seperti : kolak pisang, sup buah, salad buah, es campur, aneka pudding dengan varian toping, aneka kue dan juga beragam gorengan. Ada juga lauk pauk yang sudah matang, seperti : ayam betutu, ayam bakar, ayam panggang, sate lilit, sambal goreng ati ampela, tum ayam, pepes, dll. Tak mau ketinggalan juga aneka sayur mayur yang siap disantap menggoda mata dan lidah, seperti : urap, pecel, jenis masakan tumis, soto, rawon, dsb. Ikut hadir pula para pedagang buah-buahan yang menggelar dagangannya, seperti : buah naga, melon, blewah, durian, semangka, dkk.

Miss Natalie, salah satu pembeli yang saya jumpai berasal dari Denpasar sengaja datang ke tempat ini karena ingin melihat keseruan para pemburu takjil. Wanita tinggi putih ini  menuturkan pasar dadakan yang buka dari jam 15.00 hingga 19 Wita merupakan sebuah moment untuk menumbuhkan jiwa berwiraswata dan juga pengusaha. Mereka berlomba-lomba untuk menciptakan dan mengolah menu agar menarik bagi konsumen. Citarasa yang enak hasil dari kreativitas dan inovasi para pedagang memunculkan peluang bagi konsumen untuk kembali membeli produknya. "Semangat para pejuang rupiah! Semoga rezekinya berlimpah dan berkah bagi keluarga" pesan beliau menutup obrolan di penghujung senja kemarin.

Tradisi berburu takjil ini bukan semata-mata mencari makanan dan minuman untuk berbuka bagi umat muslim, tetapi dapat memperkuat dan menjaga tali silaturahmi antar sesama masyarakat, serta membuat roda perekonomian masyarakat bergerak bagi umat yang lainnya. Indahnya perbedaan dan toleransi antar umat beragama bisa memperkuat rasa kesatuan dan persatuan bangsa. Bangsa yang besar ialah bangsa yang hidup rukun dan damai saling berdampingan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun