Oleh Wahyu Eka Febrianti Universitas Muhammadiyah Purworejo Â
Sudarmin (2014) mendefinisikan bahwa Etnosains merupakan seperangkat ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat/bangsa/suku tertentu yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu yang merupakan tradisi masyarakat tertentu dan secara empiris kebenarannya dapat diuji dan dipertanggungjawabkan. Pembelajaran Etnosains ini merupakan terobosan baru di dalam dunia pendidikan yang memadukan antara budaya dengan sains. Pembelajaran Etnosains mengangangkat budaya dan kearifan lokal untuk dijadikan obyek dari pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Implementasi pembelajaran IPA berbasis etnosains menurut puspasari dkk (2019) adalah dengan mengintegrasikan antara materi dengan lingkungan, kenudayaan, dan sosial yang ada dilingkungan sekitar. Â Evaluasi dari implementasi pembelajaran IPA berbasis etnosains meliputi evaluasi kognitif, afektif dan psikomotorik sesuai dengan standar kurikulum 2013.
Pembelajaran Etnosains sangat penting diintegrasikan dalam pembelajaran di siswa Sekolah Dasar karena peserta didik sekolah dasar merupakan peserta didik yang masih mengalami perkembangan kognitif bersifat operasional konkret berdasarkan fase ini pembelajaran SD hendaknya diawali dengan pembelajaran yang nyata atau bersifat konkret dengan kehidupan, pengetahuan, dan pengalaman dari peserta didik. Keterkaitan kearifan lokal dengan pembelajaran IPA dengan tema utama dianggap sangat tepat karena IPA berkaitan erat dengan kehidupan sehari hari dan dapat menanamkan nilai nilai karakter pada peserta didik. Model pembelajaran Etnosains dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran tematik di sekolah. Iplementasi pembelajaran IPA dalam tematik berbasis etnosains diterapkan melalui 3 proses yaitu perencanaan, pelaksaan dan evaluasi.
Perencanaan pembelajaran berbasis etnosains ini diterapkan pada materi yang dapat diintegrasikan dengan pendekatan etnosains misalnya mengenai permainan tradisional, warisan budaya, makanan local dan alat transportasi tradisional seperti mengajak siswa untuk mengunjungi warisan budaya berupa goa, yang secara eksplisit telah mengjarkan siswa tentang konsep ekosistem dan peserta didik dapat memahami konsep dari materi ekosistem. Implementasi pembelajaran IPA berbasis etnosains dapat dengan mengitegrasikan materi pembelajaran dengan lingkungannya, contohnya seperti permainan tarik tambang dan ketapel yang mengandung unsur mteri pembelajaran IPA yaitu macam macam gaya. Evaluasi Implementasi pembelajaran IPA berbasis etnosains yaitu keberhasilan pembelajaran tidak hanya diukur dengan nilai akademik saja melainkan didukung oleh sikap dan keterampilan siswa. Proses penilaian pembelajaran IPA berbasis etnosains menggunakan otentik untuk mengukur hasil belajar yaitu penilaian pengetahuan atau kognitif, penilaian sikap atau afektif dan penilaian psikomotor.
Penerapan model pembelajaran etnosains tidak hanya sesuai dengan perkembangan zaman dan kaidah kurikulum pendidikan yang saat ini dianut oleh bangsa Indonesia, akan tetapi juga bertujuan untuk menanamkan sifat cinta tanah air terhadap budaya bangsanya, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap budaya dan potensi yang dimiliki daerahnya. Hal ini berguna untuk mengatasi kesulitan peserta didik dalam pembelajaran yang bersifat abstrak dan beralih menggunakan pembelajaran bersifat konkrit dengan menggunakan pengalaman konstektual dan alternative mewujudkan pembentukan karakter nasionalisme melalui penguatan nilai kearifan local daerah dengan implementasi etnosains.